Saat ini kota-kota di Asia Pasifik telah mulai didominasi oleh green office building, baik gedung Pemerintahan maupun komersial. Hal ini tidak hanya sekedar tren, tetapi juga menunjukan kesadaran pengembang dan occupier terhadap pembangunan berkelanjutan. Terlebih, hal tersebut merupakan bentuk komitmen terhadap kesepakatan global, yaitu SDGs.
Berbagai pemangku kepentingan memang diharapkan mengambil peran dalam upaya pengurangan emisi dari sektor operasional bangunan. Pada tahun ini, Knight Frank Asia Pasifik dalam publikasinya yang berjudul ‘Through the Occupiers’ Lens : Rethinking ESG Priorities in the Office Sector’ menyebutkan bahwa, lebih dari separuh occupiers di ranah regional menyatakan bahwa fitur/parameter ESG yang diterapkan pada gedung perkantoran mempengaruhi pandangan mereka terkait harga sewa ruang kantor.
Publikasi di atas disusun berdasarkan hasil survey terhadap occupier di ranah regional. Masih dari sumber yang sama disebutkan 17 komponen parameter, atau ukuran yang digunakan untuk menilai fitur gedung hijau, yaitu:
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan menyimpulkan bahwa, pilihan para occupier terkait komponen gedung hijau yang signifikan untuk diterapkan pada operasional gedung perkantoran didominasi pada komponen/parameter sebagai berikut:
Hampir seluruh fitur di atas diamini oleh lebih dari separuh responden yang merupakan occupier perkantoran pada tataran regional, Asia Pasifik.
Bukan tanpa tantangan, kerap ekspektasi dari occupier terhadap gedung hijau belum ditemui dalam operasional yang berlaku saat ini. Meski demikian, upaya perbaikan terus dilakukan dapat dicapai efisiensi seperti yang diharapkan.
Penulis : Syarifah Syaukat
Sumber:
https://www.knightfrank.com/research/report-library/through-the-occupiers-lens-rethinking-esg-priorities-2025-12175.aspx