Kinerja emiten di sektor properti pada kuartal III 2025 bervariasi dan diperkirakan masih memiliki prospek positif sampai menjelang akhir tahun, seiring dengan potensi peningkatan penjualan yang didukung kebijakan insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP). Pemerintah melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) kembali memperpanjang masa berlaku insentif PPN DTP untuk sektor perumahan hingga tahun 2027.
Hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia pada kuartal III 2025 menunjukkan bahwa kenaikan harga properti residensial di pasar primer masih terbatas. Hal ini tercermin dari Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) yang hanya meningkat sebesar 0,84% (yoy) pada periode tersebut. Sejalan dengan pergerakan harga, penjualan unit properti residensial tipe menengah dan besar juga belum menunjukkan penguatan yang signifikan, meskipun penjualan untuk tipe kecil tercatat positif. Dari sisi pembiayaan, sebagian besar transaksi di pasar primer masih didominasi oleh Kredit Pemilikan Rumah (KPR), dengan pangsa mencapai 74,41% dari total pembiayaan.
Meskipun masih dihadapkan pada berbagai tantangan struktural, seperti menurunnya daya beli masyarakat akibat kondisi pasar tenaga kerja yang berdampak pada kemampuan membeli rumah, sejumlah emiten properti tetap mampu menunjukkan ketahanan dan kinerja yang positif baik dari sisi pendapatan maupun laba bersih. Beberapa emiten bahkan masih mencatat pertumbuhan laba yang signifikan secara tahunan (yoy).
Pada kuartal III 2025, PT Ciputra Development Tbk (CTRA) berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 1,62 triliun, meningkat 26,99% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penjualan CTRA juga tumbuh 17,91% (yoy) menjadi Rp 8,39 triliun. Kinerja positif juga dicatat oleh PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) yang meraih laba bersih Rp 1,72 triliun, naik 3,85% (yoy). Sementara itu, PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) mencatat pendapatan Rp 3,09 triliun, atau tumbuh 48% (yoy).
Pencapaian ketiga emiten properti tersebut didorong oleh proyek-proyek yang telah memasuki tahap serah terima atau handover, sehingga laba yang dibukukan pada periode ini merupakan hasil dari penjualan di kuartal sebelumnya.
Ketahanan kinerja PWON turut ditopang oleh pendapatan berulang (recurring income) dari segmen pusat perbelanjaan, sewa perkantoran, dan hotel. Sementara itu, kinerja PANI diperkuat oleh monetisasi proyek-proyek besar seperti PIK 2 serta konsolidasi pendapatan anak usaha.
Secara keseluruhan, prospek sektor properti di Indonesia menjelang akhir tahun 2025 masih menunjukkan arah yang positif meskipun masih dibayangi dengan sejumlah tantangan. Dukungan kebijakan pemerintah melalui berbagai insentif diharapkan mampu menjaga momentum pertumbuhan penjualan dan meningkatkan daya beli masyarakat.
Sementara itu, kinerja solid sejumlah emiten besar mencerminkan ketangguhan sektor ini dalam beradaptasi terhadap dinamika pasar. Dengan kombinasi dukungan kebijakan, stabilitas ekonomi, dan strategi bisnis yang adaptif, sektor properti diyakini tetap menjadi salah satu pilar penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional ke depan.
Penulis : Miranti Paramita
Sumber :
https://investasi.kontan.co.id/
https://www.bi.go.id/
https://www.idxchannel.com/