AS dan Indonesia Kompak Turunkan Suku Bunga, Bagaimana Dampaknya?

Friday, 26 September 2025

The Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat baru saja menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin ke arah kisaran 4,00–4,25 %, merespons perlambatan ekonomi dan inflasi yang masih di atas target. 

Di Indonesia, Bank Indonesia (BI) juga mengambil langkah serupa dengan memangkas BI Rate ke 4,75%, setelah sebelumnya melakukan siklus pelonggaran sejak tahun 2024. Kedua langkah ini menandai arah kebijakan moneter global yang lebih longgar untuk menstimulasi pertumbuhan.

Bagi Indonesia, pemangkasan suku bunga BI diharapkan menjadi katalis bagi pemulihan ekonomi, khususnya melalui penurunan biaya kredit. Namun, tantangan terbesar ada pada daya beli masyarakat yang hingga kini masih lemah. Inflasi pangan, kenaikan harga kebutuhan pokok, serta stagnasi pendapatan riil membuat konsumsi rumah tangga belum sepenuhnya pulih.

Penurunan suku bunga mendorong bank menurunkan bunga pinjaman, sehingga kredit konsumsi dan produktif lebih murah. Jika ini berjalan efektif, masyarakat dapat memiliki peluang lebih besar untuk melakukan transaksi, dan pelaku usaha diharapkan menjadi lebih berani melakukan ekspansi. 

Namun dalam praktiknya, realisasi kebijakan yang menyasar ke daya beli tidak selalu mulus. Perbankan sering kali berhati-hati menyalurkan kredit, sementara sebagian besar masyarakat masih menahan konsumsi karena khawatir terhadap harga barang yang belum stabil.

Di sisi eksternal, pemangkasan suku bunga The Fed membuat aset di negara berkembang relatif lebih menarik. Hal ini bisa memperkuat rupiah melalui arus modal masuk, sehingga menekan harga impor dan membantu mengurangi tekanan inflasi. Jika rupiah stabil, daya beli masyarakat bisa terbantu lewat harga barang impor yang lebih terjangkau.

Meski demikian, jika stimulus moneter tidak diikuti dengan perbaikan distribusi pendapatan dan pengendalian harga, penurunan suku bunga bisa hanya mendorong konsumsi kelas menengah-atas, sementara kelompok rentan tetap tertekan. Dengan demikian, peran kebijakan fiskal seperti subsidi pangan, bantuan sosial, atau insentif bagi UMKM, sangat penting untuk memastikan daya beli masyarakat luas benar-benar terangkat.

Singkatnya, pemangkasan suku bunga oleh The Fed dan BI memberi peluang positif bagi upaya mencapai stabilitas pasar dan pembiayaan domestik. Diimbangi dengan perbaikan fundamental pada daya beli masyarakat, manfaat pelonggaran moneter diharapkan dapat dirasakan secara riil di masyarakat.

 

Penulis : Muhamad Ashari

Sumber :

https://www.kompas.com/

https://www.cnbcindonesia.com/

https://www.idnfinancials.com/ 

Share:
Back to Blogs