JAKARTA - Seiring melandainya kasus Covid-19, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pun dilonggarkan. Pemulihan ekonomi yang terdampak pandemi lambat laun mulai bergerak.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi tumbuh 7,07% (yoy) pada triwulan II. Pertumbuhan signifikan terutama dialami bidang transportasi dan pergudangan (25,1%) hingga industri pengolahan (6,58%).
Tren perbaikan ekonomi makro dan stabilitas keuangan Indonesia erat kaitannya dengan perkembangan sektor properti.
Kenaikan kurva ekonomi secara tidak langsung memberikan multiplier effect pada pergerakan lanjutan di sektor properti, namun kasus gagal bayar hutang Evergrande, sejumlah US$300 miliar, dikhawatirkan bisa berimbas ke Indonesia.
Willson Kalip, Country Head Knight Frank Indonesia menyebutkan, Indonesia harus waspada dalam menghadapi dampak negatif dari Evergrande, yang berhubungan erat dengan jumlah investasi asing ke Indonesia.
"Program pembangunan infrastruktur dari pemerintah dalam dua periode terakhir merupakan tulang punggung bagi bergeraknya ekonomi dimana dengan infrastruktur yang baik dan perencanaan master plan yang matang, sektor properti sebagai lokomotif perekonomian dapat ikut tergerak dan mendorong sektor lainnya untuk tumbuh dan berkontribusi dalam pemulihan ekonomi nasional," ujarnya, Senin (25/10).
Ia melanjutkan, agar sektor properti dapat terus berkontribusi secara sehat di dalam siklus perekonomian, nilai supply dan demand pada sektor properti juga perlu dipantau agar tetap seimbang.
Ia menyebutkan, porsi alokasi kredit perbankan ke sektor properti dan turunannya pun terlihat masih sehat. Institusi keuangan dan bank sebagai sumber dana utama dinilai masih memiliki cukup banyak ruang untuk membantu berkembangnya sektor properti.
“Angka kredit properti di Indonesia masih dapat tumbuh hingga mencapai angka 20-22%”, ujar Willson.
Ditambahkan juga, populasi Indonesia yang besar juga mendukung ketahanan (resiliensi) dan perkembangan sektor properti. Dukungan pihak asing juga dinilai penting sebagai pendukung tumbuhnya pasar properti nasional.
Adanya permintaan yang datang dari sisi eksternal atau dari warga negara asing dapat menjadi pendongkrak sektor properti di Indonesia. Hal ini juga dinilai sebagai salah satu solusi dapat tercapainya keseimbangan antara angka pasokan dan permintaan properti.
Hal yang sama juga disuarakan para pengembang properti lokal. Kebanyakan dari mereka menginginkan adanya perluasan pasar yang dapat menjangkau pasar asing.
Sindiani S. Adinata, Strategic Consultancy Director Knight Frank Indonesia menambahkan, saat ini para pengembang lokal masih menunggu peraturan turunan dari Undang-Undang Omnibus sehubungan dengan regulasi investor asing untuk berinvestasi di Indonesia.
Lebih lanjut, sesuai publikasi Jakarta Property Highlight 1H 2021 dari Knight Frank Indonesia, sektor industri tumbuh terbaik selama pandemi dengan penambahan pasokan sebesar 2,65% lebih tinggi dari semester sebelumnya di mana serapan kawasan industri terbesar hadir dari bisnis data center.
"Sementara sektor perkantoran dan ritel diprediksi akan bergerak positif sesuai pengendalian pandemi dan perbaikan ekonomi nasional," tutur Sindiani.
Penulis : Yudho Winarto
Sumber:
www.kontan.co.id