Strategi Pengembang Agar Dapat Bertahan di Tahun Depan dengan Ancaman Resesi Global | KF Map – Digital Map for Property and Infrastructure in Indonesia
Strategi Pengembang Agar Dapat Bertahan di Tahun Depan dengan Ancaman Resesi Global
Date: Friday, 18 November 2022

Memasuki tahun 2023, isu resesi dan tahun politik membayangi pasar properti. International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2023 turun dari awalnya sebesar 2,9% menjadi 2,7%. Sedangkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global untuk tahun ini berada di angka 3,2%. Meskipun pertumbuhan ekonomi di Indonesia dinilai optimistik dan kebal terhadap resesi, isu tahun politik akan mempengaruhi kinerja pasar properti.

Menurut riset yang dilakukan oleh Knight Frank Santos (Manila), periode pre-election umumnya ditandai dengan buyer dan investor yang mengadopsi wait-and-see . Hal ini tentunya juga dapat terjadi di pasar properti di Indonesia, dimana beberapa kebijakan seperti pemberlakuan subsidi PPN DTP hingga kepemilikan properti bagi warga negara asing pun masih melakukan refreshment hingga saat ini.

Tentunya penurunan demand tersebut akan mempengaruhi penjualan dari pengembang properti . Namun, baru-baru ini muncul berita adanya salah satu pengembang yang berhasil mendapatkan Rp 827 miliar dari penjualan proyek rumah tapak kategori premium. Lalu, bagaimana cara pengembang dapat bertahan di tahun resesi global nanti?

1. Short Term Strategies

Strategi tersebut mengacu kepada strategi cepat yang dapat membantu pengembang. Beberapa strategi tersebut adalah pembayaran utang, memprioritaskan proyek dengan periode yang singkat, melakukan renegosiasi dengan kontraktor/konsumen, dan memprioritaskan manajemen performa. Dapat dipahami bahwa employee management and performance dinilai sebagai kunci keberhasilan pengembang melewat resesi.

2. Long Term Strategies

Memasuki tahun resesi, tentunya beberapa pengembang perlu melakukan evaluasi terhadap long term business plan nya. Beberapa strategi bisnis yang dapat diadopsi untuk membantu mencapai visi long term tersebut adalah:

  • Retrenchment (Penghematan)

Strategi ini bertujuan untuk menstabilkan situasi keuangan perusahaan. Strategi ini mengatur tentang: perampingan; penutupan fasilitas; mengkonsolidasikan pekerjaan dan departemen; Desentralisasi; penurunan jumlah pekerja; mengurangi biaya dalam pemasaran, pelatihan staf, research and development. Strategi retrenchment memungkinkan perusahaan untuk menilai kembali portofolio mereka dengan mempertimbangkan nilai-nilai inti mereka dan memberikan alasan untuk memperluas produktivitas dengan mengurangi biaya kerja dan divestasi sumber daya non-inti.

  • Restructuring (Strukturisasi)

Strategi restrukturisasi mengupayakan adanya keuntungan bagi perusahaan melalui pengaturan kepemilikan, operasional, badan hukum dan struktur lainnya. Termasuk pengaturan terhadap manajemen sumber daya yang lebih baik untuk memenuhi kebutuhan pengembang saat ini. Strategi ini juga mencakup financing loans, menjual sebagian perusahaan kepada investor, atau mengurangi dan merelokasi beberapa aktivitas operasional.

  • Investment

Strategi selanjutnya mengacu kepada peningkatan kegiatan investasi pengembang. Tentunya strategi ini perlu dilakukan dengan berhati-hati pada periode resesi. Pengembang dapat melakukan strategi ini melalui ekspansi lahan, melakukan inovasi produk, melakukan diversifikasi pasar (menawarkan dan membeli banyak produk pada pasar properti), dan melakukan akuisisi atau merger antar pengembang.

Melalui beberapa strategi ini, diharapkan pengembang dapat memiliki ketangguhan dalam menghadapi resesi. Selain itu, masih tingginya angka backlog hunian dan tingginya angka bonus demografi di Indonesia, diharapkan transaksi penjualan di pasar properti pun masih dapat tetap stabil.

 

Penulis: Lusia Raras

Sumber:

www.asianpropertyawards.com

www.bisnis.com

www.propertysecret.org

 

Artikel Terkait:

Bagaimana Pertumbuhan Properti di Tahun Politik

Developer Pailit Ketahui Penyebabnya

Share:
Back to Blogs