Ruas Tol Terdampak Banjir Sumatra

Friday, 5 December 2025

Banjir dan tanah longsor yang melanda 53 wilayah di tiga provinsi utama Aceh, Sumatra Utara dan Sumatra Barat telah menyebabkan dampak yang signifikan. Data terbaru Badan Penanggulangan Bencana (BNPB) per tanggal 3 Desember 2025 melaporkan 753 korban meninggal dunia, ratusan lainnya masih dinyatakan hilang dan lebih dari 2,5 juta penduduk terkena dampak dengan ratusan ribu penduduk mengungsi. 

Dampak lain yang muncul adalah kerusakan lingkungan hidup, kerusakan permukiman dan berbagai infrastruktur. Sejumlah jembatan, ruas jalan, termasuk bagian dari jaringan Tol Trans Sumatra, serta fasilitas umum lainnya mengalami kerusakan berat. Kondisi ini menghambat mobilitas masyarakat dan memperlambat distribusi logistik, seperti pangan dan bahan bakar minyak (BBM), yang terpaksa dialihkan melalui jalur alternatif. Situasi tersebut menjadi semakin krusial menjelang periode Natal 2025 dan Tahun Baru 2026, ketika kebutuhan transportasi dan arus logistik meningkat.

Berdasarkan data terbaru dari pemerintah dan operator tol, berikut sejumlah ruas tol yang terdampak : 

  • Provinsi Sumatra Utara : Ruas Tol Binjai-Pangkalan Brandan terjadi genangan air, gerusan tanah di beberapa titik khususnya di Seksi 2 (Kuala Binjai – Tanjung Pura) pada KM 49+800, KM 50+800, KM 52+600, KM 53+400. Akibatnya, sebagian harus ditutup sementara. Tol Medan – Kualanamu-Tebing Tinggi (KMTT) terdapat perkerasan jalan penghubung (oprit) jembatan dilaporkan amblas akibat tanah tergerus.
  • Provinsi Sumatra Barat : Tol Padang-Sicincin, terjadi genangan air di bagian tol.
  • Provinsi Aceh : Tol Sigli-Banda Aceh terjadi longsoran lereng di sebagian titik. 

Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum (PU) bersama Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) serta Operator Tol telah mengambil sejumlah langkah : 

  • Penutupan jalur sementara pada area terdampak seperti di Tol Binjai-Pangkalan Brandan guna menjaga keselamatan pengguna jalan.
  • Perbaikan cepat struktur jalan dan jembatan termasuk penguatan oprit jembatan dan stabilisasi tanah terutama di Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi.
  • Memperkuat pengawasan dan patroli di ruas-ruas yang rawan, serta memasang pengaman sementara seperti water barrier.
  • Menargetkan tol-tol terdampak dapat kembali beroperasional menjelang 16 Desember 2025 mengingat pentingnya kelancaran arus transportasi menjelang Nataru (Natal dan Tahun Baru).
  • Penyediaan jalur alternatif serta posko bantuan dan evakuasi bagi warga terdampak terutama bagi masyarakat yang terisolasi akibat rusaknya infrastruktur. 

Penanganan banjir dan longsor di Sumatra pada November 2025 menunjukkan bahwa respons cepat, koordinasi lintas lembaga, dan dukungan penuh dari pemerintah pusat maupun daerah menjadi kunci dalam menyelamatkan warga serta menangani pemulihan wilayah terdampak. Kerusakan jalan tol bukan sekadar soal kenyamanan atau waktu tempuh, melainkan juga masalah aksesibilitas, distribusi logistik, dan keselamatan publik.

Penanganan darurat yang dilakukan pemerintah dan operator jalan tol menjadi langkah penting untuk memulihkan fungsi jalan. Namun, upaya tersebut perlu diiringi oleh mitigasi jangka panjang, seperti pemetaan titik rawan, penguatan struktur terhadap risiko bencana, serta perencanaan tata ruang dan drainase yang lebih adaptif terhadap bencana alam dan perubahan iklim.

 

Penulis : Miranti Paramita

Sumber :

https://ekonomi.republika.co.id/

https://finance.detik.com/

https://nasional.kompas.com/

Share:
Back to Blogs