Potensi Campervan sebagai Hunian Alternatif | KF Map – Digital Map for Property and Infrastructure in Indonesia
Potensi Campervan sebagai Hunian Alternatif
Date: Friday, 19 April 2024

Dimulai dari Amerika Serikat, budaya Tiny Living kian bermunculan di berbagai belahan dunia, seperti Kanada, Australia, Inggris Raya, termasuk di Indonesia. Tiny Living atau rumah mungil dipopulerkan sebagai alternatif hunian yang lebih terjangkau di tengah krisis hunian berupa harga rumah yang semakin melambung tinggi.

Dikutip dari Los Angeles Times, Tiny living telah meraih popularitas di luar negeri karena menawarkan solusi yang terjangkau bagi berbagai kalangan, terutama kaum milenial yang terbebani oleh hutang kuliah, dan baby boomers dengan tabungan pensiun yang minim.

Selain itu, ketertarikan terhadap gaya hidup yang ramah lingkungan sejalan dengan konsep rumah mungil yang lebih efisien dalam penggunaan energi. Rumah mungil umumnya memiliki ukuran yang berkisar antara 21 hingga 37 meter persegi.

Salah satu alternatif Tiny Living yang populer di kalangan masyarakat Amerika, yakni tinggal di campervan atau rumah mobil. Banyak dari rumah-rumah ini dibangun di atas trailer atau kendaraan yang dapat dipindahkan. Kemampuan untuk memindahkan tempat tinggal sesuai kebutuhan memberikan fleksibilitas yang sangat dihargai oleh pemiliknya.

Alasan finansial dan kemudahan mobilitas membuat tinggal di campervan menjadi pilihan menarik bagi banyak orang. Melansir dari Moja Gear pada Minggu (25/2/2024), survei yang dilakukan Move.org pada 2023 menyatakan lebih dari separuh warga Amerika memimpikan tinggal di campervan atau rumah mobil. Sementara, sebanyak 7% sisanya mengungkapkan tidak tertarik untuk tinggal di campervan.

Menurut Yayat Supriyatna, pengamat perkotaan, campervan hanya cocok dijadikan sebagai alternatif hunian sementara, bukan hunian jangka panjang. Penggunaan campervan sebagai tempat tinggal di Indonesia masih belum memiliki status legal karena campervan hanya dikenakan pajak kendaraan bermotor, bukan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Kecenderungan budaya masyarakat Indonesia yang sangat menghargai nilai-nilai tradisional seperti keluarga dan status sosial menjadi salah satu alasan kenapa implementasi campervan sebagai hunian jangka panjang kurang cocok diterapkan di Indonesia.

Di Indonesia sendiri, campervan umumnya disewakan untuk tujuan rekreatif, sebagai kendaraan liburan atau perjalanan wisata. Banyak orang yang menyewa atau membeli campervan untuk menjelajahi berbagai destinasi wisata di Indonesia tanpa perlu menginap di penginapan atau hotel.

Dengan perkembangan ekonomi yang terus berlanjut, campervan memiliki potensi untuk menjadi kontributor penting dalam menggerakkan sektor pariwisata dan ekonomi Indonesia.

 

Nama:   Mutiara Saniyya

Sumber : 

https://www.bbc.com/

https://www.cxomedia.id/

https://www.latimes.com/

https://kumparan.com/

https://www.detik.com/

Share:
Back to Blogs