Perluasan Rute Transjakarta Dorong Pertumbuhan Properti di Kawasan Penyangga Jakarta

Friday, 7 November 2025

Pembangunan di Jakarta terus bergerak tanpa henti dan beradaptasi seiring pertumbuhan dinamika warga. Berbagai infrastruktur terus dilengkapi dan berinovasi sesuai dengan kebutuhan warga, seperti jaringan transportasi yang saat ini berkembang di Jakarta, baik berbasis rel maupun berbasis bis. 

Sejak dioperasikan pada tahun 2004, Transjakarta telah menjadi bagian penting dari sistem transportasi publik di Ibu Kota melalui penerapan Bus Rapid Transit (BRT) pertama di Asia Tenggara. Menjawab meningkatnya kebutuhan mobilitas masyarakat, pemerintah berupaya mengurangi ketergantungan terhadap kendaraan pribadi dengan memperluas jangkauan layanan Transjakarta hingga ke wilayah penyangga. 

Saat ini, beberapa rute Transjakarta mengalami perpanjangan layanan. Per 24 Oktober 2025, misalnya, Rute 2F kini memiliki tambahan pemberhentian hingga Rusun Cakung Barat, sedangkan Rute 8D yang sebelumnya hanya beroperasi sampai Joglo, kini diperluas hingga Meruya Selatan. Selain itu, terdapat rute Transjabodetabek P11 yang menghubungkan Terminal Baranangsiang Bogor dengan Blok M Jakarta, menempuh lintasan sekitar 113,3 kilometer. 

Upaya perpanjangan ini bertujuan untuk mengurai kemacetan di kawasan Tangerang serta meningkatkan konektivitas antara Jakarta dan wilayah sekitarnya. Kawasan sekitar penyangga Jakarta diproyeksikan akan merasakan dampak positif dari perluasan jaringan Transjakarta.

Aksesibilitas yang lebih mudah akan menjadi faktor utama peningkatan nilai dan minat terhadap properti di wilayah-wilayah yang terhubung langsung dengan rute baru tersebut. 

Keberadaan halte Transjakarta nantinya berpotensi menjadi magnet bagi pengembangan hunian vertikal seperti apartemen, rumah susun, dan co-living, terutama bagi pekerja dan mahasiswa yang membutuhkan mobilitas menuju pusat kota. Selain sektor hunian, pengembangan mal dan pusat perbelanjaan yang terhubung dengan transportasi umum juga semakin diminati oleh pengunjung, investor, dan pengembang.

Banyak pengembang kini mulai mengadopsi konsep Transit Oriented Development (TOD), yakni pembangunan kawasan hunian, perkantoran, dan komersial yang terintegrasi langsung dengan transportasi publik. Konsep ini dianggap dapat menciptakan pergerakan yang efisien, ramah pejalan kaki, dan berkelanjutan karena mengutamakan kemudahan akses menuju moda transportasi. 

Dalam publikasi Jakarta Property Highlight 2H 2024 disebutkan bahwa, adanya tren permintaan positif pada kondominium yang berlokasi di sekitar area TOD, dengan peningkatan penjualan sebesar 3%–7% lebih tinggi dibandingkan kondominium pada umumnya. 

Pola tersebut menjadi indikator bahwa kehadiran transportasi publik berdampak langsung pada peningkatan nilai properti dan daya tarik investasi di sekitarnya. Karena itu, tren serupa diperkirakan akan terjadi di kawasan-kawasan baru setelah proyek perpanjangan rute beroperasi. 

 

Penulis : Farah Septiawardahni

Sumber :

https://kfmap.asia/blog/transit-oriented-development-tod-strategi-pembangunan-memicu-peningkatan-harga-tanah/3471 

https://kfmap.asia/blog/keunggulan-residential-berbasis-transit-oriented-development-tod/962 

https://kfmap.asia/research/jakarta-property-highlight-industrial-and-retail-2h-2024/3969 

https://www.antaranews.com/

https://infopublik.id/ 

https://www.propertynbank.com/ 

Share:
Back to Blogs