Pada April 2025, cadangan devisa Indonesia tercatat mengalami penurunan signifikan menjadi USD 152,5 miliar, turun dari USD 157,1 miliar pada bulan sebelumnya. Penurunan sebesar USD 4,6 miliar ini menjadi yang terdalam sejak Mei 2023, sekaligus menempatkan posisi cadangan devisa pada level terendah dalam enam bulan terakhir.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Penurunan ini bukan tanpa sebab. Bank Indonesia menjelaskan bahwa dua faktor utama yang mendorong penyusutan cadangan devisa adalah pembayaran utang luar negeri oleh pemerintah, serta kebutuhan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.
Rupiah memang sempat mengalami tekanan cukup dalam sepanjang April. Nilai tukar terhadap dolar AS bahkan sempat menyentuh Rp17.224, sebelum akhirnya menguat kembali ke kisaran Rp16.600-an di akhir bulan.
Fluktuasi ini tidak lepas dari pengaruh eksternal, seperti kebijakan tarif Amerika Serikat terhadap sejumlah negara mitra dagang, termasuk Indonesia, serta ketidakpastian arah kebijakan suku bunga The Fed yang terus menjadi sumber kegelisahan pasar global.
Untuk menahan pelemahan rupiah yang terlalu tajam, Bank Indonesia mengambil langkah stabilisasi dengan melepas cadangan devisa ke pasar. Namun, langkah ini ikut berkontribusi pada penyusutan cadangan yang kita lihat saat ini.
Meskipun terjadi penurunan, posisi cadangan devisa Indonesia sebenarnya masih berada dalam kategori aman. Jumlah saat ini dinilai cukup untuk membiayai 6,4 bulan impor, atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Angka ini masih jauh di atas standar kecukupan internasional, yang hanya tiga bulan impor.
Namun, tren penurunan dalam dua bulan terakhir tetap perlu diwaspadai. Situasi ini mengindikasikan bahwa kebutuhan devisa dalam negeri sedang meningkat, di tengah kondisi eksternal yang tidak bersahabat. Jika dibiarkan berlarut, risiko yang muncul bisa merembet ke berbagai sisi: mulai dari kenaikan suku bunga, penurunan daya beli masyarakat, hingga merosotnya kepercayaan investor terhadap stabilitas ekonomi nasional.
Ke depannya, menjaga ketahanan sektor eksternal menjadi tantangan tersendiri. Sinergi antara Bank Indonesia dan pemerintah mutlak diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi, terutama dengan memperkuat kinerja ekspor, menekan ketergantungan terhadap impor, serta menggenjot arus masuk investasi asing langsung (FDI) agar cadangan devisa tetap kuat di tengah dinamika global yang semakin tidak pasti.
Penulis : Alivia Putri Winata
Sumber :
https://www.bi.go.id/id/
https://www.cnbcindonesia.com/
https://www.antaranews.com/
https://finansial.bisnis.com/
https://pusatdata.kontan.co.id/