Pada kuartal III 2024, pertumbuhan ekonomi China tercatat sebesar 4,6% (yoy), sedikit melambat dari kuartal sebelumnya yang mencapai 4,7%. Pertumbuhan ini sebagian besar didorong oleh sektor perdagangan, yang menyumbang sekitar 42% dari total ekspansi ekonomi. Namun, ketergantungan pada perdagangan terdampak dengan kondisi lemahnya permintaan domestik, atau penurunan konsumsi dan krisis properti yang berkepanjangan.
Sektor properti China menyumbang hampir 30% dari GDP, namun saat ini masih terus mengalami kontraksi dan menjadi salah satu penyebab utama perlambatan ekonomi. Pada September 2024, harga rumah baru di China turun sebesar 6,1% yoy, penurunan tercepat sejak 2015, mengindikasikan penurunan minat konsumen terhadap investasi properti.
Investasi di sektor properti juga merosot hingga 9,4%, yang menyebabkan kegiatan konstruksi melemah. Penurunan ini berdampak langsung pada industri terkait, seperti semen dan baja, yang masing-masing mengalami kontraksi produksi sebesar 10,3% dan 6,1%.
Efek dari penurunan aktivitas properti ini meluas, mempengaruhi lapangan kerja dan kepercayaan konsumen, sehingga konsumsi domestik hanya menyumbang sekitar sepertiga dari pertumbuhan GDP kuartal ini.
Meski demikian, sektor industri secara keseluruhan mencatatkan pertumbuhan produksi sebesar 5,4% yoy pada bulan September, didorong oleh sektor teknologi tinggi dan otomotif yang masing-masing tumbuh 10,1% dan 4,6%. Kedua sektor ini mengalami peningkatan karena inovasi dan dorongan dari ekspor, mencerminkan pergeseran ekonomi ke arah industri berbasis teknologi yang lebih modern di tengah lemahnya ekonomi.
Untuk mengatasi perlambatan ini, pemerintah China telah memperkenalkan berbagai langkah stimulus, seperti pemangkasan suku bunga dan program dukungan keuangan bagi sektor properti. Namun, dampak kebijakan ini masih terbatas.
Seorang analis dari China memperkirakan pemulihan di sektor properti baru akan terlihat pada awal 2025, dengan ketidakpastian tingkat konsumsi dan investasi yang diperkirakan masih tetap lesu.
Dengan kondisi yang ada, ekonomi China menghadapi tantangan struktural yang signifikan. Ketergantungan pada perdagangan tidak cukup untuk mendorong pertumbuhan berkelanjutan, terutama jika permintaan domestik terus melemah. Selama sektor properti belum pulih, ekonomi China akan terus mengalami tekanan, menghambat upaya untuk mencapai stabilitas dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di masa mendatang.
Penulis : Alivia Putri Winata
Sumber :
https://www.arise.tv/
https://triviumchina.com/
https://www.cnbcindonesia.com/