Pengembangan Monorel, Salah Satu Gagasan Pengembangan Infrastruktur Jakarta Saat Itu

Thursday, 23 October 2025

Proyek ini merupakan salah satu inisiatif pemerintah dalam rangka menyediakan transportasi publik yang dapat meningkatkan konektivitas di pusat kota Jakarta. Moda transportasi monorel, tadinya direncanakan dapat melayani 2 line, yaitu green line yang berbentuk loop (Semanggi - Casablanca - Semanggi - Kuningan) dan blue line (Kampung Melayu - Casablanca - Tanah Abang - Roxy) dengan total panjang rel sebesar 29 km. 

Namun, proyek ini tidak berlanjut, diantaranya karena sengketa lahan, sengketa aset, dan lain sebagainya. Meskipun begitu, terdapat peninggalan yang ikonik bagi masyarakat Jakarta, yaitu tiang pancang monorel.

Monorel ini diinisiasi oleh PT Indonesia Transit Center yang berperan sebagai inisiator pada 22 tahun yang lalu, tepatnya tahun 2003. Proyek ini menarik banyak investor sehingga memungkinkan untuk dijalani meskipun dilakukan pindah tangan kepada konsorsium PT Jakarta Monorail dan Omnico Singapore. 

Pada tahun 2004, groundbreaking telah dilaksanakan yang diawali dengan peletakan batu oleh Presiden RI ke-5, Megawati Soekarnoputri. Selama tiga tahun berjalan, proyek monorel ini cukup berprogres dan menghasilkan 90 tiang pancang bermaterial beton. Namun, masalah finansial melanda hingga tahun 2014 yang kemudian dinilai sebagai proyek yang tidak feasible

Pramono, Gubernur DKI Jakarta tahun 2024-2029, mengatakan bahwa tiang pancang yang sudah terbengkalai selama dua dekade terakhir akan dibongkar pada januari 2026 mendatang. Meskipun mendapatkan dukungan dari Kejaksaan Tinggi dan KPK, perencanaan pembongkaran tiang pancang ini tidak didukung sepenuhnya oleh masyarakat. Hal ini disebabkan oleh banyaknya anggaran yang dikeluarkan untuk pembongkaran dan menambah kemacetan karena alokasi lahan untuk pelebaran jalan.

Saat itu, rencana pengembangan monorel disebutkan akan memberikan dampak positif terhadap proyek properti yang berlokasi di sekitar lokasi monorel. Misalnya saja, pada tahun 2003, salah satu perwakilan dari konsultan properti mengatakan bahwa harga lahan di sekitar pembangunan Monorel Jakarta telah meningkat hingga 30 sampai 40 juta per meter persegi. Ini mengimplikasikan bahwa transportasi publik memiliki peran yang signifikan terhadap perkembangan properti, bahkan pada dua dekade yang lalu.

Contoh lainnya, pada tahun 2024, LRT Jabodebek mempengaruhi area sekitar stasiun yang ditandai dengan peningkatan harga properti. Area 1 yang meliputi Dukuh Atas, Setiabudi, Kuningan, Pancoran Barat, Dan Cikoko mengalami kenaikan hingga 4,2%. Area 2 yang meliputi Ciliwung dan BNN mengalami kenaikan harga hingga 28,9%, Area 3 yang meliputi Jatibening Baru, Cikunir, Bekasi Barat, dan Bekasi Timur mengalami kenaikan yang cukup drastis hingga 33,1%. Terakhir, area 4 yang meliputi TMII, Kp. Rambutan, Ciracas, dan Harjamukti juga mengalami kenaikan yang tinggi yaitu 31,1%

Dengan demikian, pengembangan infrastruktur transportasi seperti monorel maupun LRT menunjukkan bahwa peningkatan konektivitas kota tidak hanya berdampak pada mobilitas masyarakat, tetapi juga menjadi katalis penting bagi pertumbuhan nilai dan aktivitas ekonomi di sektor properti.

 

 

Penulis: Jovan Rafkhansa

Sumber:
https://kfmap.asia/blog/kenaikan-harga-properti-jabodetabek-tahun-2022/2379 

https://properti.kompas.com/

https://www.cnbcindonesia.com/

https://www.viva.co.id/ 

https://www.rumah123.com/

Share:
Back to Blogs