Melalui Property Outlook 2023 yang dirilis oleh Knight Frank Indonesia, IKN disebutkan dalam Top 3 kota potensial untuk pengembangan properti dalam beberapa tahun kedepan. Hal ini diantaranya dipicu oleh geliat pembangunan di IKN, memasuki bulan Desember, setidaknya terdapat 25 kontrak IKN yang akan digarap pada wilayah KIPP Zona 1A pada 2022 hingga 2024. Dengan nilai kontrak pekerjaan tersebut berjumlah sekitar Rp 15,01 triliun.
Salah satu pekerjaan yang ditargetkan rampung pada Januari 2023 adalah rusun pekerja konstruksi IKN. Karena proses konstruksi yang cepat, maka pengembang pun memutuskan untuk menggunakan teknologi modular. Dengan bantuan teknologi tersebut, pada bulan Desember 2022, proses pembangunan pun sudah mencapai 71% dari target, dan juga nantinya saat proses konstruksi IKN sudah selesai, lahan untuk rusun pekerja konstruksi IKN dapat dialihfungsikan dengan mudah dan cepat.
Teknologi modular merupakan salah satu inovasi pembangunan hunian yang mulai pesat diadopsi pasca pandemic. Mengutip salah satu publikasi Knight Frank, The Wealth Report disebutkan bahwa proses konstruksi hunian kedepannya dapat diambil oleh mesin dan robot. Proses tersebut salah satunya sudah ditemukan di Inggris, dimana salah satu developer besar di Inggris berhasil membangun rumah zero-carbon yang memanfaatkan offsite-prefabricated panel.
Namun, dalam mengimplementasikan teknologi ini, masih ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, diantaranya seperti :
1. Variasi Bangunan yang Terbatas
Karena menggunakan tipe modular yang dapat disusun dengan cepat, maka kebanyakan unit yang dibangun akan memiliki jenis desain yang sama dengan penampilan fasade bangunan yang minimalis. Sehingga teknologi modular memang lebih cocok untuk bangunan residential dan hospitality (hotel)
2. Nilai Jual Kembali Relatif Rendah
Karena menggunakan struktur yang lebih fleksibel dan ringan, maka diprediksi akan ada koreksi dalam nilai jual suatu unit hunian yang menggunakan teknologi modular. Sehingga pengembang perlu menambahkan beberapa unique dan added value dalam hunian prefabrikasi tersebut seperti aksesibilitas dengan transportasi umum dan desain interior yang memadai.
3. Proses Pengiriman Terbatas
Beda dengan pembangunan rumah konvensional yang tiap materialnya bisa diangkut dengan mudah menuju lokasi pembangunan, pembangun gedung modular mengharuskan pabrik pembuatan modul untuk mengirimkan kerangka modular. Proses ini memerlukan akses jalan yang sangat besar mengingat elemen konstruksi yang diangkut ukurannya cukup besar.
Dari beberapa tantangan tersebut, dapat dipastikan bahwa pengembangan rumah prefabrikasi di Indonesia sendiri akan memiliki pro kontranya. Pelaksanaan rumah prefabrikasi pun perlu menyesuaikan dengan kebutuhan pasar hunian saat ini.
Penulis: Lusia Raras
Sumber:
www.kompas.com
www.knightfrank.com
www.builder.id
www.realprojectives.com
KFMap.asia
Artikel Terkait:
Rumah Prefabrikasi Apakah akan Menjadi Masa Depan Pembangunan Rumah di Pasar Hunian