Seperti yang disebutkan dalam publikasi Peta Gempa Nasional yang dirilis oleh Kementerian PUPR (2017), bahwa Jakarta dan wilayah sekitarnya (Banten dan Jawa Barat) berada pada jalur patahan atau sesar aktif Cimandiri, Baribis dan Lembang.
Terkait sesar Pulau Jawa, publikasi yang dirilis oleh Kementerian PUPR (2017) memuat hasil deteksi dari Marliyani, dkk (2016), Sawitri (2016), Daryono (2016), dan Abidin , dkk (2008, 2009) mengungkap beberapa informasi berikut terkait pergeseran sesar.
Sesar Cimandiri yang dideteksi memiliki laju geser berkisar 0,4-1 mm/tahun, dengan zona aktif dari segmen ini berada pada segmen Loji, Cidadap, Nyalindung, Cibeber, Saguling dan Padalarang.
Sesar Baribis, teridentifikasi sebagai sesar naik yang terletak dari Majalengka sampai Subang, seismik kegempaan juga sering terjadi di daerah ini. Laju geser dari sesar aktif ini mulai dari 2,3-5,6 mm/tahun, yang terdiri dari segmen Tampomas, Subang, Cirebon, Brebes, dan Ciremai.
Sesar Lembang, merupakan terusan dari ujung Utara sesar Cimandiri, dengan laju geser berkisar 3-14 mm/th, dengan zona terbagi menjadi 6 bagian yaitu Cimeta, Cipogor, Cihideung, Gunung Batu, Cikapundung, dan Batu Lonceng.
Potensi laju geser ini perlu diantisipasi, atau dikenal dengan istilah mitigasi. Mitigasi adalah upaya mengurangi risiko bahaya yang akan terjadi di kemudian hari, dalam hal ini bahaya yang timbul dari kejadian gempa.
Mitigasi dapat dimulai sejak perencanaan pembangunan gedung melalui identifikasi wilayah rawan bencana yang umumnya tercermin dalam Zoning Regulation, sehingga pemanfaatan ruang sesuai dengan fisiografi wilayahnya.
Selain itu, teknologi yang diterapkan untuk rencana struktur bangunan perlu disesuaikan dengan karakteristik wilayah di sekitar bangunan, untuk wilayah rawan gempa dapat menerapkan berbagai teknologi struktur bangunan yang sesuai dengan karakter gempa atau potensi kerusakan dari bencana.
Masih menurut publikasi Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia (Kementerian PUPR, 2017), disebutkan bahwa dalam jangka menengah, di wilayah Jakarta perlu dilakukan ‘time lapse seismological investigation’, atau investigasi gempa berkala, khususnya pada wilayah rawan gempa yang diikuti dengan adanya laju subsidence yang dinamis di cekungan Jakarta.
Upaya dan kesadaran kolektif seluruh pemangku kepentingan untuk melakukan mitigasi bencana menjadi keharusan untuk mencapai kesiapsiagaan bencana.
Untuk diskusi lebih lanjut mengenai mitigasi struktural terkait ketahanan bangunan terhadap bencana, Anda dapat mengunjungi laman berikut sebagai salah satu layanan dari Knight Frank Indonesia: https://kfmap.asia/services/property-and-engineering-services
Penulis : Syarifah Syaukat
Sumber:
Artikel Terkait:
Mengenal Building Audit Pada Bangunan di Kawasan Rawan Bencana