Adaptasi Sektor Properti dan Pergeseran Moda Transportasi di Perkotaan | KF Map – Digital Map for Property and Infrastructure in Indonesia
Adaptasi Sektor Properti dan Pergeseran Moda Transportasi di Perkotaan
Thursday, 3 November 2022

Kesadaran masyarakat tentang kesehatan, kenyamanan, dan perubahan iklim semakin meningkat setelah pandemi. Selain itu, Kota-kota besar juga mengalami kemacetan yang membuat kita mensia-siakan waktu cukup banyak di jalan. Oleh karena itu, masyarakat beralih ke moda transportasi yang lebih ramah lingkungan dan terhindar dari kemacetan, diantaranya sepeda.

Moda transportasi sepeda termasuk dalam soft mobility. Moda transportasi soft mobility atau dikenal juga sebagai active mobility, menggunakan tenaga manusia untuk berjalan. Contohnya adalah berjalan kaki, roller skate, dan skateboard. Moda transportasi ini cenderung ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan bakar dan sehat untuk tubuh. Meskipun Soft mobility masih menjadi moda transportasi ketiga yang paling banyak digunakan setelah mobil dan transportasi publik, namun perkembangannya sangat cepat.

Menurut The Institute for Transportation and Development Policy (ITDP), terjadi peningkatan penggunaan sepeda sebesar 10 kali lipat di segmen Dukuh Atas, Jakarta. Hal yang serupa juga disampaikan oleh Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Syafrin Liputo, “Itu meningkat cukup tajam. Data kami pada tahun 2020 terjadi peningkatan seribu persen pengguna sepeda di Jakarta”. Hal serupa terjadi di negara lain seperti Inggris dan Perancis.

Kedua negara tersebut menjadikan isu ini penting dan memiliki inisiatif untuk meningkatkan infrastruktur bagi para pesepeda. Sebagai contoh London, Inggris, memiliki regulasi yang meningkatkan integrasi  antara pesepeda dan gedung kantor. Regulasi saat ini mewajibkan untuk menyediakan satu tempat parkir sepeda setiap 75 m2 dari sebelumnya 90 m2. Sedangkan Perancis memiliki ByCycle yang memberi standar untuk parkir sepeda dan kompatibel dengan sertifikasi BREEAM, NF HQE, ActiveScore, dll. Dampak dari demand dan regulasi tersebut adalah 97% investor telah meningkatkan integrasi soft mobility pada aset mereka.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Knight Frank Global, 60% investor melihat peningkatan ekspektasi dari tenants dalam hal penerimaan dan layanan yang terkait dengan soft mobility. Oleh karena itu peningkatan integrasi dilakukan dengan beberapa cara, seperti membuat loker, ruang ganti, parkir sepeda, bengkel sepeda, dll.

Jika fasilitas ini dibangun dengan baik dan pengguna kendaraan mobil semakin berkurang, maka lahan parkir di kantor dapat dialihfungsikan menjadi yang lebih menguntungkan. Selain tujuan utamanya, untuk menyehatkan pegawai dan mengurangi polusi, peningkatan akses ini juga dianggap mempermudah dalam menjual aset di pasar berdasarkan survei (90%).

Penting untuk diperhatikan adaptasi yang sudah dan akan dilakukan oleh investor di Jakarta. Meskipun transportasi publik menuju normal kembali, namun cita-cita memiliki udara bersih dan terhindar dari kemacetan adalah mimpi warga Jakarta. Pemprov DKI Jakarta turut menyatakan keseriusannya dengan menambah jalur sepeda sepanjang 195,6 km di 20 lokasi di DKI Jakarta dan penyewaan sepeda di beberapa lokasi. Kondisi tersebut mampu mendorong para pemilik properti untuk menyesuaikan agar dapat bersaing di pasar.

 

Penulis : Tristan Dimastyo Ramadhan

Sumber:

Knight Frank Research

www.cnnindonesia.com

www.dishub.jakarta.go.id

www.pikiran-rakyat.com

 

Artikel Terkait:

Kemudahan Mobilitas Penduduk dengan MRT

Pentingnya Penerapan ESG di Sektor Properti dari Perspektif Occupier

Komitmen Jakarta Menjadi Kota Hijau Berkelanjutan

Share:
Back to Blogs