Repurposing Sebagai Alternatif Mengisi Celah Kesempatan Saat Ini | KF Map – Digital Map for Property and Infrastructure in Indonesia
Repurposing Sebagai Alternatif Mengisi Celah Kesempatan Saat Ini
Date: Friday, 20 August 2021

Repurposing atau konversi penggunaan lahan di bidang properti umumnya dilakukan atas penggunaan lahan perkantoran dan ritel yang beralih menjadi residensial ataupun logistik. Kedua fungsi tersebut dinilai memiliki capital value yang lebih menguntungkan saat ini.

Publikasi “Repurposing on The Radar” yang disusun oleh Knight Frank Global menyebutkan bahwa dalam proses repurposing perlu diperhatikan dengan cermat mengenai kesempatan yang terbuka saat ini sebagai alternatif mengganti fungsi yang sedang terdampak. Repurposing berfungsi untuk meningkatkan performa aset ke fungsi yang masih prospektif. Dalam proses ini, berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan:

Keuntungan

Repurposing adalah kesempatan yang dapat dilakukan dalam kurun waktu tertentu dimana keberlanjutan pertumbuhan harga diantara yang menjadi acuan. Begitu juga kesempatan yang berasal dari permintaan pasar dan biaya dan waktu yang lebih efisien dalam mengoptimalkan nilai aset. Namun, pastinya ada hal yang harus diperhatikan sebagai tantangan.

Tantangan

Perhatikan kebijakan tata ruang dan zonasi yang ditetapkan pemerintah. Begitu juga mengenai perhitungan dan komparasi aliran dana dari fungsi penggunaan ruang yang berbeda, beserta keterbatasan pemahaman pemilik aset dalam operasional fungsi ruang yang baru.

Sementara itu, ada 5 aspek yang diduga sebagai penyebab utama dalam adaptasi penggunaan lahan properti:

1. Sebagian besar occupier di tataran global menyatakan bahwa dampak pandemi akan dirasakan sampai jangka panjang, sehingga diperlukan peninjauan ulang strategi operasional properti.

2. Perlunya peninjauan ulang aset dan pengelolaan ritel sehubungan dengan disrupsi e-commerce yang demikian pesat di masa pandemi.

3. Melemahnya sektor pariwisata sejak tahun lalu menyebabkan perlunya pengaturan ulang strategi untuk aset pelayanan atau hospitality, sehubungan dengan masih belum mampunya tren staycation menjawab tingkat keterisian ruang secara signifikan.

4. Kesadaran dari para pemangku kepentingan terkait faktor ESG (Enviroment, Social & Governance). Fakta dimana gedung bersertifikasi hijau menjadi pilihan utama dan memiliki tingkat transaksi hingga 20% lebih tinggi dibanding gedung konvensional, sehingga gedung non-ESG perlu mempertimbangkan penataan ulang, termasuk sebagai alternatif mixed use development.

5. Peningkatan performa e-commerce, data center, dan health care berdampak positif terhadap sektor logistik dan industri di tengah melemahnya subsektor lain.

Kowloon, Kuala Lumpur, Osaka, Seoul, Shanghai, Singapura, dan Sydney telah mengaplikasikan repurposing di tengah pandemi. Namun pastikan untuk melakukan investigasi dan studi awal sebelum akhirnya memutuskan repurposing.

Penulis : Syarifah Syaukat

Sumber:

www.knightfrank.com

Share:
Back to Blogs