Jakarta, sebagai kota dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terbesar di Indonesia, menunjukkan pertumbuhan pesat dari berbagai aspek. IPM yang tinggi seringkali diasosiasikan dengan akses yang lebih baik terhadap pendidikan, kesehatan, dan standar hidup yang layak.
Dalam tataran regional, Singapura, di sisi lain, telah lama menjadi tolok ukur liveable city di Asia Tenggara. Sebagai salah satu pusat ekonomi global dan regional, negara-kota ini dikenal dengan keteraturan dan kualitas hidup yang sangat tinggi, menjadikannya model bagi banyak kota dan negara berkembang.
Namun, apakah percepatan pembangunan ekonomi dan infrastruktur yang ada di Jakarta otomatis berbanding lurus dengan kualitas hidup masyarakat sebaik di Singapura?
Berdasarkan laporan studi kualitas hidup masyarakat di Singapura yang dilakukan oleh Knight Frank Singapore (2025) berjudul “The Quality of Life Report - Building a Liveable City”, ditemukan bahwa 51% responden masyarakat Singapura menginginkan taman dan ruang hijau berskala besar untuk memenuhi aspek play (bermain) dalam kehidupannya.
Laporan tersebut juga menemukan bahwa sebagian besar responden menganggap faktor emosional dan kesejahteraan mental menjadi penentu utama tingkat kualitas hidup mereka.
Sehingga, ketersediaan ruang terbuka hijau (RTH) ini kerap dianggap sebagai penentu kualitas hidup penduduk di Singapura, terutama dalam aspek kesejahteraan mental dan rekreasi sebagai "suaka" (sanctuary) untuk meredakan stres akibat kehidupan perkotaan yang padat dan serba cepat.
Saat ini, ketersediaan RTH di Singapura telah menempati lebih dari 40% dari wilayah perkotaannya dan dijuluki sebagai “oasis hijau” di tengah kota.
Kondisi di Singapura tersebut sangatlah kontras dengan Jakarta, ketersediaan RTH masih terus dikebut pembangunannya. Data tahun 2023 menunjukkan bahwa ketersediaan RTH di Jakarta baru mencapai 5,2% dari luas keseluruhan kota, tertinggal jauh dari Singapura dan target ideal perkotaan di angka 30%.
Mengingat masyarakat Singapura menempatkan kesejahteraan mental sebagai tolok ukur utama kualitas hidup, maka minimnya RTH di Jakarta dapat menjadi tantangan bagi masyarakat Jakarta untuk mencapai kualitas hidup serupa.
Dengan ini, Singapura telah membuktikan bahwa RTH tidak hanya sekedar ruang untuk beraktivitas dan estetika, namun juga menjadi katalis dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Untuk itu, prioritas pembangunan RTH di Jakarta tidak lagi hanya untuk memenuhi standar, namun juga sebagai bentuk investasi masa depan bagi kota untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya.
Penulis: Adhika Wisnu Aryo Putro Wibowo
Sumber:
https://www.knightfrank.com/research/report-library/the-quality-of-life-report-building-a-liveable-city-2025-12308.aspx
https://jpi.or.id/
https://www.kompasiana.com/
https://www.tempo.co/