Ekonomi Indonesia, menjelang akhir 2025, berangsur menunjukkan pemulihan. Berdasarkan data Mandiri Spending Index (MSI), pertumbuhan belanja terus naik memasuki minggu ketiga November dan berada dalam tren positif sejak Oktober.
Pertumbuhan belanja bulan November tercatat sebesar 38%, lebih tinggi dari bulan Oktober dengan pertumbuhan 28%. Kondisi ini diprediksi akan mencapai puncaknya pada Desember 2025, dengan tingkat pertumbuhan belanja mingguan sebesar 43%, yang menegaskan bahwa Q4, terutama menjelang Nataru menjadi periode puncak konsumsi masyarakat.
Jika dilihat berdasarkan kategori, konsumsi tertinggi menjelang akhir tahun didominasi pengeluaran untuk akomodasi dan gaya hidup, seperti hotel dan beauty. Sebaliknya, pengeluaran untuk hobi, sport, dan perhiasan mengalami perlambatan. Pola konsumsi tersebut mencerminkan kebutuhan masyarakat untuk kembali berwisata dan merawat diri sebagai bagian dari pemulihan kualitas hidup.
Dari perspektif ekonomi makro, Menteri Keuangan RI, Purbaya Yudhi menargetkan pertumbuhan 5,5% pada Q4 2025, sebagai fondasi untuk mencapai pertumbuhan sekitar 6% di tahun 2026. Jika tercapai, aktivitas usaha, mobilitas, perdagangan, dan konsumsi diperkirakan kembali bergerak lebih kuat sehingga memberi keuntungan bagi banyak sektor, termasuk sektor berbasis pariwisata, seperti perhotelan.
Sejalan dengan itu, sektor perhotelan diproyeksikan memasuki fase pertumbuhan positif pada periode libur Nataru 2025/2026. Injourney Hospitality memperkirakan tingkat okupansi hotel akan mencapai 74% atau naik 3,3% dibanding tahun sebelumnya, menandakan pemulihan pariwisata mendekati level prapandemi.
Data MSI juga menunjukkan adanya peningkatan belanja untuk transportasi darat menjelang libur akhir tahun, yakni per minggu ketiga bulan November 2025, pembelian tiket kereta naik sebesar 6,3% WoW dari 5,1%. Sementara pembelian tiket pesawat naik 2,4% WoW, dibandingkan minggu sebelumnya sebesar 1,7%.
Meningkatnya konsumsi masyarakat menjelang akhir tahun menjadi harapan bagi sektor hospitality. Sekjen Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia, Maulana Yusran, menyampaikan bahwa pelaku hotel berharap momentum Nataru 2025/2026 mampu meningkatkan okupansi. Ia juga menyoroti pentingnya dukungan kebijakan pemerintah berupa insentif, seperti diskon pajak hotel.
Yusran menambahkan bahwa program pemerintah memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap kinerja hotel nasional hingga 60 - 80%, sehingga Ia berharap penyaluran APBN dapat lebih merata agar manfaatnya juga turut dirasakan oleh seluruh pelaku industri perhotelan.
Menguatnya berbagai indikator konsumsi dan mobilitas tersebut, menjadi signal positif bagi sektor hospitality atau perhotelan di akhir tahun 2025, baik dari sisi okupansi, pendapatan kamar, maupun ekspansi bisnis. Ketika daya beli masyarakat semakin stabil, maka mendorong pemulihan ekonomi yang lebih besar, termasuk untuk pengembangan pariwisata dan perhotelan pada tahun 2026.
Penulis : Ratih Putri Salsabila
Sumber :
https://nasional.kontan.co.id/
https://economy.okezone.com/
https://mediaindonesia.com/
https://ekbis.sindonews.com/