Usai dua tahun meredup akibat dilanda pandemi, industri perhotelan mulai bangkit kembali, terutama jelang libur natal 2022 dan tahun baru 2023. Mendekati libur pergantian tahun ini diprediksikan tingkat okupansi hotel akan penuh, terutama di kawasan favorit. Tidak adanya pembatasan mobilitas pada libur natal 2022 dan tahun baru 2023 berdampak pada meningkatnya jumlah masyarakat yang akan melakukan perjalanan, yang diperkirakan akan memberikan implikasi positif pada tingkat okupansi hotel di sejumlah daerah.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, mengatakan jumlah wisatawan di Indonesia terpantau sudah meningkat pesat. Jumlah wisatawan dalam negeri saat ini terdata sudah mencapai 660 juta orang dan pada akhir tahun ini diprediksi akan mencapai 800 juta wisatawan. Sementara merujuk pada survei Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan, sebanyak 72,8 persen masyarakat akan melakukan perjalanan pada momentum natal dan tahun baru ini. Dari jumlah itu, diprediksi sebanyak 36,6 persen akan pergi ke lokasi wisata.
Meningkatnya perjalanan wisata masyarakat tersebut tentunya juga berdampak terhadap peningkatan okupansi hotel. Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Hariyadi Sukamdani, mengatakan bahwa kondisi industri perhotelan telah jauh membaik dibandingkan dua tahun terakhir, terutama pada peak season atau puncak musim libur natal dan tahun baru.
Tingkat keterisian kamar atau okupansi hotel secara nasional menjelang natal 2022 dan tahun baru 2023 diketahui telah menembus angka 80-90 persen. Hal ini berkat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level satu yang tidak membatasi kapasitas okupansi hotel.
Bali dan Yogyakarta yang diketahui menjadi destinasi favorit masyarakat untuk berlibur di akhir tahun juga menjadi daerah yang mengalami peningkatan okupansi hotel. Di Bali, peningkatan okupansi hotel paling tinggi terjadi di kawasan The Nusa Dua, Badung, Bali. Tingkat okupansi hotel di kawasan The Nusa Dua dinyatakan meningkat sekitar 95 persen pada November 2022 dibandingkan dengan kondisi hunian hotel pada November 2021. Direktur Utama PT Pengembangan Pariwisata Indonesia atau Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), Ari Respati, memperkirakan akan terjadi kenaikan tingkat hunian hotel di kawasan The Nusa Dua pada Desember ini, terlebih lagi melihat tingginya penjualan tiket dengan tujuan Bali.
Di Yogyakarta sendiri, peningkatan okupansi hotel tertinggi salah satunya terjadi di daerah Bantul. PHRI Bantul menyebut tingkat okupansi hotel di Bantul selama libur natal dan tahun baru telah mencapai 100%, dimana diketahui keterisian kamar hotel di Bantul mulai penuh untuk tanggal 28 Desember 2022 hingga 2 Januari 2023 mendatang.
Pada puncak arus libur tahun baru nanti, tepatnya pada tanggal 29 Desember hingga 2 Januari, diprediksi okupansi hotel yang berada di daerah-daerah wisata akan mencapai 100 persen. Hal ini tentunya dikarenakan libur-libur di tahun baru akan dimanfaatkan masyarakat untuk berwisata. Pertumbuhan jumlah wisatawan ini akan disambut dengan berbagai promosi dan diskon oleh pihak hotel untuk mendorong tingkat okupansi maksimal.
Penulis : Maya Talitha Az Zahra
Sumber:
www.kompas.com
www.ekonomi.bisnis.com
jogjapolitan.harianjogja.com
Artikel Terkait:
Menilik Kondisi Bisnis Hotel di Masa Transisi
Melihat Perhelatan Piala Dunia Qatar dari Sektor Properti
Perhelatan G20 di Indonesia Bawa Dampak Positif bagi Sektor Properti