Seperti yang disampaikan dalam konferensi pers Jakarta Property Highlight Semester Pertama tahun 2021 terungkap bahwa, penurunan hunian ruang ritel mencapai 4% dari semester sebelumnya, atau 8% dari tahun sebelumnya.
Memang bukan hal yang mudah untuk sektor ritel bertahan di masa pembatasan pergerakan ini. Berdasarkan proses penelusuran data yang dilakukan oleh tim riset Knight Frank didapati bahwa, umumnya ritel yang berada di tengah hunian kota turun mencapai 5%, sementara itu ritel kelas menengah ke atas yang berlokasi dekat dengan kantong pemukiman memiliki okupansi yang relatif stabil.
Setidaknya beberapa hal yang dapat dilakukan oleh peritel untuk tetap bertahan di tengah pandemi yaitu dengan menerapkan pola adaptasi bertahan melalui berbagai saluran penjualan, mengelola brand dengan merawat dan terus menjalin interaksi dengan konsumen, memastikan perhitungan aset agar dapat terus beroperasi dan melompat untuk berinvestasi.
Selain peritel, tuan tanah pun peru melakukan beberapa hal untuk bertahan selama pandemi. Hal tersebut seperti melakukan identifikasi aset yang bisa disewakan dan terus melakukan perencanaan ulang secara regular. Lebih jauh lagi yaitu dengan mulai menelaah strategi untuk repurposing, serta berkolaborasi dan menjadi lebih fleksibel dengan para peritel.
Repurposing ritel ke fungsi logistik maupun industri telah dilakukan di berbagai kota di dunia. Diantaranya di Sydney, yang melakukan repurposing dari ritel ke logistik, hal ini dilakukan untuk memenuhi permintaan yang meningkat dari kedua sektor tersebut. Sementara itu di Singapura, dilakukan repurposing untuk ritel pergudangan menjadi business park. Hal ini dilakukan karena adanya kebutuhan untuk mencapai desentralisasi industri atau mendekatkan spot dengan konsumen, selain itu juga berkurangnya pamor retil pergudangan/ hypermarket yg umumnya berada dekat dengan pemukiman konsumen di wilayah pinggiran kota.
Proses repurposing harus dimulai dengan melakukan telaah terkait profil pasar, potensi pemasukan, regulasi pemerintah, biaya pengelolaan, tren investasi, potensi risiko, karakter ekonomi dan budaya masyarakat, diskon/ insentif dari pemerintah, nilai aset (HBU), dan peluang atau prospek berdasarkan profil demografi masyarakat.
Penulis : Syarifah Syaukat
Sumber:
www.knightfrank.com