Mrican dikenal sebagai salah satu kampung yang terus berbenah dalam meningkatkan kondisi kehidupan melalui peningkatan infrastruktur. Kampung Mrican berada di Kelurahan Caturtunggal dan Condong Catur, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Jika melihat lokasinya, Kampung Mrican hanya berjarak sekitar 800 meter dari Kota Yogyakarta dan terhubung dengan Jalan Affandi sebagai jalan arteri. Selain itu, kampung ini juga berdekatan dengan Universitas Gadjah Mada dan Universitas Negeri Yogyakarta, sehingga memiliki daya tarik bagi mahasiswa dan akademisi.
Kondisi ini menyebabkan Kampung Mrican memiliki ciri khas, yakni sebagai melting pot yang menampung berbagai kebudayaan Indonesia, dengan didorong oleh semangat inovatif mahasiswa yang tinggal di area tersebut. Kampung ini juga berkembang dengan berbagai usaha kecil dan menengah yang melayani kebutuhan sehari-hari komunitasnya.
Dengan semua keunggulannya, Kampung Mrican berada di bantaran Sungai Gajah Wong yang didominasi permukiman padat dan kumuh. Menurut Dinas PUPR Kota Yogyakarta tahun 2017, mulai dari Bendung Mrican hingga Jembatan Tegalgendu, mencakup kawasan kumuh seluas 38,13 hektare.
Namun, sejak November 2022, Kampung Mrican dengan luas 21,16 hektar mengalami transformasi signifikan melalui program KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh) yang diinisiasi oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bersama warga setempat, sekitar 5 hektar dari total luas Kampung Mrican, telah ditata dan dirapikan.
Pendekatan yang digunakan dalam pengembangan Kampung Mrican adalah strategi “akupunktur perkotaan”, yakni melakukan intervensi kecil, tetapi berdampak besar ke seluruh kawasan secara sosial dan ekologis, tanpa merombak struktur kampung secara total.
Strategi tersebut ditunjukkan dengan pembangunan berbagai fasilitas, seperti trotoar ramah pejalan kaki, jembatan baru, ruang terbuka hijau, sistem pengendali banjir, dan perpustakaan mini bernama Microlibrary Pringwulung yang memanfaatkan material genteng terakota bermotif batik.
Pembangunan di Kampung Mrican bersifat partisipatif dengan melibatkan masyarakat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Keterlibatan tersebut tidak hanya memperbaiki akses dan kualitas ruang publik, tetapi juga memperkuat identitas lokal. Contohnya, desain trotoar yang memadukan motif aksara Jawa dan unsur arsitektur khas budaya Jawa.
Kampung ini juga sudah dilengkapi kebun komunitas untuk praktik urban farming, pengolahan sampah terpadu, serta sistem pengolahan air limbah, sehingga mendukung kehidupan yang berkelanjutan.
Pembangunan di Kampung Mrican menunjukkan bentuk dari penataan kawasan padat penduduk yang dilakukan secara inklusif, kontekstual, dan berdaya. Penataan di Mrican menjadi contoh inspiratif dari transformasi kampung urban yang berpihak pada masyarakat.
Penulis: Ratih Putri Salsabila
Sumber:
https://kfmap.asia/blog/akupuntur-urban-dalam-mengatasi-permasalahan-di-perkotaan/2356
https://rri.co.id/
https://pubhtml5.com/
https://architizer.com/
https://www.archdaily.com/
https://rejogja.republika.co.id/