Berdasarkan update dari Knight Frank Asia Pacific terkait kondisi sektor perkantoran, saat ini beberapa negara telah mengalami pelonggaran dalam pembatasan pergerakan pandemi, meskipun stagnansi masih cenderung kental terlihat, namun diperkirakan program pemulihan ekonomi dan capaian vaksinasi akan memberikan dampak secara perlahan terhadap perbaikan sektor perkantoran sampai akhir tahun ini.
Kondisi di atas juga merefleksikan kondisi sektor perkantoran di Jakarta saat ini. Berdasarkan rekam jejak data sektor perkantoran Jakarta didapatkan bahwa harga sewa cenderung terus menurun, dengan ruang kosong yang terus bertambah, bahkan mencapai angka diatas 25%.
Tentu kondisi ini bukan hal yang mudah, terlebih beberapa project mulai masuk pasar, meski dalam jumlah terbatas, namun akan mempengaruhi agregat tingkat hunian secara keseluruhan untuk CBD Jakarta.
Sementara itu, sector seperti TMT (Technology, Media, Telecommunication) & BFSI (Bank, Financial Service & Insurance) masih menjadi tulang punggung penyerap ruang perkantoran saat ini.
Sementara itu, jika dilihat pasar perkantoran CBD Jakarta, dalam perspektif koridor utama, maka didapatkan bahwa koridor Sudirman masih menjadi penyerap terbesar dengan 1,9 juta meter persegi terisi saat ini, sementara koridor Kuningan menjadi koridor berikutnya yang potensial dengan serapan ruang mencapai 1,5 juta meter persegi.
Namun, secara umum, jika melihat fluktuasi harga dari koridor Sudirman dalam 2 semester terakhir didapatkan bahwa, harga sewa di koridor tersebut bukan yang tertinggi dibanding koridor lain di CBD (Thamrin, Gatot Subroto dan Kuningan). Harga sewa di koridor Sudirman umumnya sangat bersaing dengan koridor Thamrin, hal ini cukup logis mengingat infrastruktur prima yang terdapat di koridor ini, sebut saja mulai dari, jalan kolektor primer, busway, jalur MRT, dengan pedestrian yang nyaman untuk pergerakan para pekerja.
Penulis : Syarifah Syaukat
Sumber:
www.knightfrank.com
KFMap.asia