Memasuki Paruh Pertama Tahun 2023, Bagaimana Daya Beli Masyarakat di Sektor Properti? | KF Map – Digital Map for Property and Infrastructure in Indonesia
Memasuki Paruh Pertama Tahun 2023, Bagaimana Daya Beli Masyarakat di Sektor Properti?
Friday, 8 September 2023

Pada Agustus 2023, terjadi deflasi sebesar 0,21 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 111,57. Dari 90 kota IHK, 79 kota mengalami deflasi dan 11 kota mengalami inflasi. Deflasi saat ini di Indonesia terjadi karena  penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya beberapa indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan, minuman dan tembakau; kelompok transportasi; serta kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan.

Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks, yaitu: kelompok pakaian dan alas kaki; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga; kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga; kelompok kesehatan; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya; kelompok pendidikan; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran; serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya.

Hal ini menunjukkan bahwa sektor properti dan turunannya berpengaruh terhadap pertumbuhan inflasi di Indonesia. Dari kondisi deflasi tersebut juga bisa dinilai bahwa daya beli masyarakat Indonesia saat ini pun belum bisa dikatakan pulih seperti sebelum masa pandemi. Namun, mengingat kebutuhan hunian yang cukup tinggi, beberapa calon pembeli pun memilih opsi kredit.

Menurut data Badan Pusat Statistik, pada tahun 2022 setidaknya terdapat 36,08% rumah tangga yang menempati rumah/bangunan tempat tinggal dengan status kepemilikan milik sendiri dan memperolehnya dengan cara membeli dari pengembang atau bukan pengembang menggunakan pembiayaan KPR. Pembiayaan KPR ini memiliki tingkat persentase yang lebih tinggi di kawasan perkotaan (41,30%) dibanding di pedesaan (3,04%). Masih dari sumber yang sama, diketahui bahwa secara nasional rata-rata lama jangka waktu KPR sekitar 13 tahun dengan besaran angsuran rata-rata sebesar Rp 1.624.921,81 per bulan.

Berkaca dari kondisi tersebut, menurut Jakarta Property Highlight 1H 2023 dari Knight Frank Indonesia, disebutkan bahwa saat ini terdapat peningkatan harga dibanding semester sebelumnya baik untuk tipe kondominium yang siap huni (1,2%) dan kondominium baru (3,3%). Untuk kondominium siap huni, pertumbuhan harga tertinggi terjadi di kawasan Jakarta Utara dengan persentase sebesar 2,1% (HoH) atau berada pada angka Rp 21.15 juta per meter persegi.

Pertumbuhan harga tertinggi di Jakarta Utara ini juga diikuti dengan penjualan yang baik, dimana dari total penjualan unit kondominium siap huni, kawasan Jakarta Utara menyumbang sekitar 79% dari penjualan tersebut. Namun, rerata harga kondominium siap huni di Jakarta Utara ini tetap lebih rendah daripada rerata harga kondominium siap huni secara umum di DKI Jakarta.

Pergerakkan ini menunjukkan bahwa saat ini, khususnya di pasar kondominium, pergerakkan pasar masih didominasi oleh end-user, dan pergerakannya pun juga terefleksi dari daya beli masyarakat yang saat ini belum sepenuhnya pulih.

 

Penulis: Lusia Raras

Sumber:

www.detik.com

www.bps.go.id

www.goodnewsfromindonesia.id

Share:
Back to Blogs