Memasuki pertengahan tahun 2025, sektor kredit properti di Indonesia menunjukkan dinamika yang beragam antara segmen komersial dan residensial.
Menurut data Bank Indonesia, total kredit kepemilikan properti residensial yang mencakup Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kepemilikan Apartemen (KPA) mencapai Rp774,5 triliun pada April 2025 atau tumbuh 8,6% secara tahunan.
Pertumbuhan ini memang lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yang mencatat kenaikan sebesar 13,6% (yoy). Perlambatan tersebut disebabkan oleh kinerja Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) yang melambat dari 14% (yoy) menjadi 8,7% (yoy) pada April 2025. Sebaliknya, pertumbuhan Kredit Kepemilikan Apartemen (KPA) justru membaik, dari 6,5% (yoy) menjadi 7,7% (yoy) pada periode yang sama.
Namun, segmen rumah tipe kecil (di bawah 21 m²) justru mengalami kontraksi sebesar -4,8% yoy, sedangkan rumah tipe menengah dan besar tumbuh masing-masing sebesar 8,5% dan 10,7% yoy.
Meski masih mencatat pertumbuhan, kualitas kredit residensial menunjukkan tren penurunan. Non-Performing Loan (NPL) untuk kredit rumah tinggal meningkat dari 2,47% pada April 2024 menjadi 3,02% pada April 2025.
Peningkatan ini terutama disumbang oleh segmen rumah tipe kecil yang mencatatkan NPL tertinggi, yakni mencapai 5,23%. Kondisi ini mencerminkan tekanan daya beli masyarakat berpenghasilan rendah di tengah naiknya suku bunga dan inflasi yang belum sepenuhnya terkendali.
Sementara itu, kredit properti komersial yang mencakup pembiayaan untuk ruko, perkantoran, pusat logistik, dan pergudangan juga mencatat pertumbuhan. Bank Indonesia melaporkan bahwa secara keseluruhan, kredit properti baik komersial maupun residensial tumbuh sebesar 5,9% yoy per Mei 2025, dengan total outstanding mencapai Rp1.442,5 triliun.
Meskipun angka pertumbuhannya lebih rendah dibanding kredit residensial, segmen properti komersial memiliki pendorong yang lebih stabil, seperti ekspansi sektor logistik, digitalisasi bisnis, dan pertumbuhan UMKM. Data salah satu media, menunjukkan bahwa sektor properti, baik residensial maupun komersial, diproyeksikan tumbuh antara 15–18% di tahun 2025 dengan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 11,5%.
Dari perbandingan ini, dapat disimpulkan bahwa kredit residensial saat ini masih mencatatkan pertumbuhan lebih tinggi secara nominal, namun tekanan terhadap kualitas kreditnya meningkat. Di sisi lain, kredit properti komersial tumbuh lebih lambat namun lebih resilien karena ditopang oleh aktivitas ekonomi sektor riil yang terus bergerak.
Penulis : Alivia Putri Winata
Sumber :
https://www.bi.go.id/
https://keuangan.kontan.co.id/
https://www.bankmandiri.co.id/
https://swa.co.id/
https://finansial.bisnis.com/