Selama ini, kota-kota besar seperti Jakarta, Bangkok, dan Shanghai mendominasi peta investasi properti dan bisnis di Asia. Namun kini, mulai terjadi perubahan pola investasi, terutama dalam hal pemilihan lokasi.
Laporan terbaru dari Knight Frank Asia-Pacific bertajuk Whiplash to Resilience (2025) menunjukkan bahwa kota-kota kedua atau secondary cities di kawasan Asia semakin menarik perhatian perusahaan global dan investor. Perubahan ini didorong oleh berbagai faktor, seperti ketidakpastian geopolitik, disrupsi rantai pasok global, serta kebutuhan untuk mencari lokasi yang lebih efisien dan tangguh terhadap gejolak ekonomi.
Dalam laporan ini India menjadi salah satu contoh yang paling menonjol. Hal ini dikarenakan, pasar sewa kantor di India meningkat dari 36% pada 2015 menjadi 47% pada 2024, menjadikannya pemimpin kawasan untuk transaksi ruang kantor. Kota-kota seperti Pune, Hyderabad, dan Bengaluru menjadi pusat pertumbuhan baru, menggantikan dominasi Mumbai dan Delhi. Pertumbuhan ini didorong oleh kombinasi biaya sewa yang lebih rendah, akses ke talenta lokal, dan infrastruktur teknologi yang mumpuni.
Fenomena serupa terjadi di Vietnam. Permintaan ruang logistik di negara tersebut tumbuh sebesar 17,2% sepanjang 2020 hingga 2024, didorong oleh relokasi pabrik dan fasilitas logistik dari Tiongkok ke kota-kota seperti Bac Giang dan Hoa Binh. Kota Bac Giang kini menjadi salah satu pusat manufaktur baru setelah ekspansi besar-besaran oleh Foxconn dan perusahaan elektronik lainnya.
Lalu, apa artinya tren ini bagi Indonesia?
Kota-kota kedua di Indonesia seperti Surabaya, Semarang, Medan, Makassar, dan Balikpapan memiliki potensi yang tak kalah besar. Selain biaya hidup dan sewa yang lebih terjangkau, kota-kota ini juga memiliki keunggulan geografis: akses ke pelabuhan, bandara, serta keberadaan universitas yang bisa menjadi sumber daya manusia dan pusat inovasi.
Bagi para pengembang properti di Indonesia, tren ini menjadi peluang untuk keluar dari pasar Jabodetabek yang mulai jenuh, dan mengembangkan kawasan industri, logistik, dan perumahan di kota-kota lain. Jika dikembangkan secara strategis dan berkelanjutan, kota-kota ini bisa menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru.
Namun demikian, masih ada tantangan yang harus dihadapi. Kesiapan infrastruktur, regulasi yang mendukung, serta kolaborasi antara pemerintah dan swasta menjadi kunci keberhasilan. Indonesia perlu meniru pendekatan India dan Vietnam yang mendorong pertumbuhan kawasan industri baru dengan dukungan penuh dari negara.
Kota kedua bukan lagi pelengkap. Di tengah era ketidakpastian global, mereka justru menjadi primadona baru yang siap memimpin gelombang investasi berikutnya.
Penulis : Alivia Putri Winata
Sumber :
https://apac.knightfrank.com/horizon