Pasar kondominium di Jakarta pada semester pertama tahun 2025 masih menunjukkan kondisi yang belum pulih sepenuhnya. Total pasokan kini mencapai 248.269 unit, setelah selesainya empat proyek baru di kawasan non-CBD dengan tambahan sekitar 1.208 unit baru. Namun, adanya sejumlah proyek yang memilih menunda pembangunan karena pengembang menilai situasi belum cukup stabil.
Dari sisi penjualan, tingkat penjualan kumulatif sebenarnya cukup tinggi di angka 95,93%, tetapi penyerapan stok baru hanya tipis, yaitu sekitar 56% dari total 4.198 unit baru yang ditawarkan. Kondisi ini menunjukkan bahwa pasar sekunder relatif kuat, sementara pasar primer masih menghadapi tantangan.
Penjualan terbesar masih didominasi oleh segmen kelas menengah yang menyumbang 44% dari total penjualan. Hal tersebut menegaskan bahwa kelas menengah menjadi motor utama pergerakan pasar apartemen di Jakarta.
Dari sisi harga, rerata penjualan unit baru mencatat sedikit perbaikan dengan kenaikan 1,9% YoY. Dukungan PPN DTP terbukti membantu transaksi, terutama di kalangan menengah, meskipun belum cukup kuat untuk mendorong lonjakan yang signifikan.
Jika dibandingkan dengan tren regional, data Knight Frank Asia Pacific menunjukkan bahwa pertumbuhan harga residential premium di Asia Pasifik pada kuartal II 2025 rata-rata 2,8%, melemah dibandingkan kuartal sebelumnya. Beberapa kota mencatat kenaikan harga paling tinggi, yakni Seoul, Bengaluru, dan Mumbai dengan lonjakan mendekati atau melampaui 5 – 20%.
Sebaliknya, sejumlah kota besar seperti Hongkong, Beijing, Guangzhou, dan Wellington justru mengalami stagnasi hingga penurunan harga hingga mendekati minus 5 – 10%.
Secara keseluruhan, Kota Jakarta menunjukkan pertumbuhan positif dengan skala yang relatif kecil dibandingkan kota-kota besar di Asia Pasifik. Kondisi ini menandakan bahwa pasar properti premium di Jakarta tetap memiliki daya tahan tinggi di tengah tren yang cenderung melemah. Tren pelemahan ini merefleksikan dinamika ekonomi regional, serta perubahan preferensi investasi yang juga memengaruhi pasar apartemen Jakarta.
Melihat kondisi ini, pengembang dituntut untuk semakin memahami profil kelas yang masih aktif bertransaksi, untuk menggerakan pertumbuhan penjualan. Langkah ini dilakukan untuk mencegah stagnasi penjualan unit baru, serta risiko penundaan proyek.
Penulis: Ratih Putri Salsabila
Sumber:
https://www.dmproperties.com/46152-prime-global-cities-index-q1-2025
https://kfmap.asia/research/asia-pacific-capital-markets-insights-q2-2025/4177