Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi di Kuartal Kedua tahun 2025

Friday, 8 August 2025

Ekonomi Indonesia mencatat pertumbuhan pada kisaran 5,12% (YoY) pada kuartal II 2025, meningkat dari 4,87% pada kuartal sebelumnya. Angka ini juga lebih tinggi dibandingkan capaian pada periode yang sama tahun lalu yaitu 5,05%. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut terdapat dua faktor utama yang mendorong laju ekonomi yaitu konsumsi rumah tangga dan investasi domestik (PMTB). 

Konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 4,97% YoY, menyumbang sekitar 2,64 poin persentase terhadap PDB. Pertumbuhan ini didorong oleh meningkatnya pengeluaran masyarakat selama periode libur panjang Lebaran dan sekolah, dengan subsektor makanan, minuman, transportasi, dan komunikasi menunjukkan peningkatan signifikan. Momentum musiman ini meningkatkan mobilitas masyarakat, yang tercermin dalam lonjakan indeks keyakinan konsumen pada awal kuartal. 

Sementara itu, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi tumbuh 6,99% YoY, menyumbang sekitar 2,06 poin persentase terhadap pertumbuhan ekonomi. Peningkatan ini ditopang oleh melonjaknya impor barang modal sebesar 28%, serta kenaikan belanja modal pemerintah hingga 30%. 

Investasi pada sektor konstruksi dan infrastruktur menjadi kontributor utama, menandakan bahwa proyek strategis nasional masih berjalan aktif. Namun, realisasi investasi asing yang stagnan menunjukkan bahwa kepercayaan investor global masih berhati-hati terhadap prospek jangka panjang.

Di sisi lain, ekspor barang dan jasa tumbuh 10,6%, didorong oleh penguatan permintaan global terhadap minyak nabati, logam dasar, dan komponen kendaraan. Namun, kontribusinya terhadap PDB hanya sekitar 0,2 poin persentase, karena tingginya basis impor dan melemahnya neraca perdagangan. 

Sektor produksi juga mengalami pertumbuhan solid, terutama pada subsektor jasa lainnya (+11,31%), jasa perusahaan (+9,31%), transportasi dan pergudangan (+8,52%), serta akomodasi dan makanan-minuman (+8,04%). Pertumbuhan ini menunjukkan bahwa sektor tersier menjadi pilar pertumbuhan baru seiring meningkatnya mobilitas dan aktivitas pasca pandemi.

Meski secara angka kuartalan menunjukkan optimisme, beberapa pengamat ekonomi menyoroti potensi anomali data dan kurangnya sinergi antara pertumbuhan makro dan kondisi mikro di lapangan. Untuk menjaga momentum, kebijakan stimulus fiskal yang tepat sasaran, pemangkasan suku bunga lanjutan, serta perbaikan distribusi daya beli masyarakat menjadi krusial. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan dapat dicapai di semester kedua 2025.

 

Penulis : Muhamad Ashari

Sumber :

www.bps.go.id

www.liputan6.com 

Share:
Back to Blogs