Dalam publikasi Knight Frank Asia Pacific yang bertajuk, Office Highlights Q2 2025, Christine Li, Head of Research Asia-Pacific Knight Frank, menyebutkan bahwa, “Arus modal dan strategi korporasi kini tengah mengalami perubahan seiring kebijakan Trump yang menggeser dinamika global dan mempercepat proses pemisahan antara AS dan Tiongkok.
Perubahan arah ini mendorong perusahaan-perusahaan Tiongkok daratan dan Hong Kong untuk menjajaki ekspansi ke Asia Tenggara di tengah ketegangan dagang yang terus berlangsung. Banyak perusahaan kini ingin memanfaatkan Bursa Efek Singapura sebagai pintu masuk ke pasar regional. Quantedge Capital, manajer investasi alternatif, menjadi contoh tren ini dengan memperluas kantor mereka di Singapura hingga seluas 30.000 kaki persegi di Capital Tower. Singapura tetap menjadi pusat keuangan regional, dengan pemerintah berencana memperkuat bursa lokal melalui program senilai S$5 miliar (US$3,9 miliar).
Pasar perkantoran di Asia Tenggara berada dalam posisi yang tepat untuk memanfaatkan tren baru ini, menawarkan landasan strategis bagi perusahaan untuk terus menangkap peluang pertumbuhan sambil mengelola ketegangan geopolitik yang meningkat.”
Namun, trickling down effect dari kondisi di atas ke pasar perkantoran di CBD Jakarta sepertinya belum nampak. Meskipun di awal tahun ini terlihat pergerakan keterisian ruang terus positif sejak akhir tahun lalu, meski pertumbuhannya relatif masih rendah.
Beberapa tenant masih terus melakukan relokasi mencari ruang kerja yang lebih berkualitas dengan harga yang kompetitif. Misalnya saja tenant dari sektor Ecommerce. Sementara itu, meski dalam jumlah yang terbatas, ekspansi ruang perkantoran masih bergulir di CBD Jakarta, diantaranya dari sektor energi.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa, kumulasi tantangan global, regional dan lokal saat ini masih sangat mempengaruhi performa sektor perkantoran di Jakarta.
Setidaknya hal tersebut ditandai dengan tidak adanya gedung baru perkantoran sejak pertengahan tahun 2024, dan kondisi ini diperkirakan masih akan terus berlanjut sampai tahun 2028.
Berbeda dengan pertumbuhan sektor perkantoran di Asia Pasifik yang menjadi salah satu sektor properti komersial dengan tingkat investasi yang tinggi, namun di Jakarta kondisi ini tertahan sejak tahun 2024 lalu.
Penulis : Syarifah Syaukat
Sumber:
https://www.knightfrank.com/blog/2025/07/22/asiapacific-prime-office-rents-post-first-rise-in-nearly-three-years-in-q2-2025