Cerita Sukses Gedung Hijau di Jakarta | KF Map – Digital Map for Property and Infrastructure in Indonesia
Cerita Sukses Gedung Hijau di Jakarta
Friday, 22 October 2021

Gedung hijau bukan hanya tentang fisik bangunan yang bernuansa hijau karena pewarnaan material konstruksi atau keberadaan vegetasi tumbuhan di sekitarnya, namun sejatinya bangunan hijau adalah metode operasional bangunan yang ramah lingkungan. Hal ini terkait dengan bagaimana bangunan hijau efisien dalam menggunakan energi dan minim ekses buangan, baik limbah padat, cair maupun polusi.

Menurut GBCI, dari sekitar 100 gedung berlabel hijau di Indonesia, keberadaannya terkonsentrasi di Jakarta. Baik gedung baru yang didesain sebagai gedung hijau, maupun gedung lama yang beradaptasi dengan teknologi dan siklus pengelolaan yang ramah lingkungan.

Gedung hijau digadang sebagai salah satu solusi untuk penghematan energi dan pengurangan emisi, hal ini karena operasional gedung dan konstruksi diidentifikasi sebagai penyumbang 40% emisi di dunia. Untuk itu, sebagai upaya pengurangan emisi, sekaligus penghematan energi dan membuka alternatif penggunaan energi terbarukan, maka skenario implementasi gedung hijau memerlukan perambatan yang lebih cepat.

Memang, tidak dipungkiri adanya biaya tambahan yang perlu dikeluarkan oleh unit gedung baru yang akan mengimplementasi konsep gedung hijau, ataupun konversi peralatan dan operasional gedung lama untuk menuju gedung hijau.

Setidaknya, gedung lama perkantoran di Sudirman membutuhkan 2M untuk beradaptasi menjadi gedung hijau. Sementara itu, untuk gedung baru umumnya membutuhkan biaya tambahan berkisar 5-7% lebih tinggi dibandingkan biaya pembangunan gedung konvensional, nilai ini bisa bertambah tergantung teknologi yang diplih.

Namun, sebenarnya nilai investasi yang ditanamkan dari mengupayakan gedung hijau didapat dari konversi biaya dan dimensi yang lebih luas, diantaranya penghematan energi (listrik) dan air, terbukanya insentif pemerintah, memperpanjang usia aset, dan tentu saja pandangan masyarakat terhadap gedung hijau memiliki kelas atau previledge tersendiri.

Salah satu cerita sukses gedung hijau pada fungsi perkantoran yang beroperasi sejak tahun 2013 di bilangan Kebayoran Baru adalah mampu menghemat energi hingga 61% dan melakukan daur ulang air hujan. Sementara itu, gedung perkantoran lainnya, di bilangan Sudirman yang telah beroperasi sejak 1980 melakukan adaptasi dengan perangkat dan siklus pengelolaan hijau, sehingga mampu menghemat energi dan penggunaan air masing-masing di kisaran 28%.

Penghematan ini akan dikonversi dengan pengurangan biaya listrik dan air untuk operasional rutin gedung, selain juga usia manfaat gedung yang menjadi lebih panjang. Jadi investasi gedung hijau pada dasarnya merupakan bentuk sustainable investment.

Penulis : Syarifah Syaukat

Sumber:

www.knightfrank.com

www.majalahcsr.id

www.republika.co

www.liputan6.com

www.kompas.com

www.rumah.com

www.rei.or.id

www.detik.com

www.beritasatu.com

Share:
Back to Blogs