<i> Biophilic Design </i>, Trend Desain yang Ramah Lingkungan | KF Map – Digital Map for Property and Infrastructure in Indonesia
Biophilic Design , Trend Desain yang Ramah Lingkungan
Friday, 21 October 2022

Melalui webinar yang baru-baru ini diadakan dengan topik Why ESG Matters for Occupiers, Knight Frank Asia Pacific menyebutkan bahwa trend ESG akan semakin bergeliat pada pasar, khususnya pada properti komersial.

Khususnya pada sektor perkantoran, saat ini tidak hanya isu lingkungan saja yang harus diperhatikan, namun isu sosial juga mulai diperhatikan. Isu sosial ini berkaitan dengan wellness atau kenyamanan pengguna gedung.

Melalui webinar tersebut, disebutkan juga bahwa beberapa landlord pun saat ini sedang melakukan upaya retro fitting untuk menyesuaikan dengan permintaan dari pasar. Salah satu konsep retrofitting yang ditawarkan adalah dengan biophilic design. Lalu apa itu konsep biophilic design?

  merupakan konsep desain yang membantu meningkatkan hubungan manusia dengan alam. Konsep desain ini sering diterapkan di kawasan urban, karena keterbatasan ruang terbuka hijau yang ada disana. Konsep desain tersebut juga mempengaruhi psikologis pengguna gedung. Menurut data WHO, memasukkan unsur alam, baik langsung atau tak langsung, pada lingkungan terdekat akan sangat berpengaruh mengurangi tekanan darah dan menurunkan tingkat detak jantung. Konsep ini juga dapat meningkatkan produktivitas dan kenyamanan diri. Sehingga selain efisiensi energi, konsep tersebut juga mampu meningkatkan wellness dari pengguna gedung.

Konsep tersebut salah satunya diterapkan di gedung CapitaSpring, Singapore. Gedung pencakar langit tersebut berhasil menerapkan konsep biophilic design melalui pemanfaatan indoor room yang maksimum. Gedung tersebut memiliki rooftop garden, dimana hasil panennya dapat dimanfaatkan oleh tiga restoran yang ada di dalam CapitaSpring. Selain itu, rooftop garden juga dapat menjadi ruang interaksi dan atraksi bagi pengguna. Selain memiliki manfaat bagi pengguna, pembangunan gedung CapitaSpring ini juga menjadi generator aktivitas di lingkungan sekitar, yang juga meningkatkan produktivitas ekonomi penduduk sekitar.

Kemudian, bagaimana penerapannya di Indonesia?

Mengutip riset Jakarta Property Highlight 1H22 oleh Knight Frank Indonesia, diketahui bahwa sekitar 76% stok perkantoran baru di DKI Jakarta tergolong sebagai gedung perkantoran hijau. Beberapa fitur yang ditawarkan pun masih berkaitan dengan efisiensi biaya operasional dan pemanfaatan energi terbarukan.

Melihat konteks wellness yang juga perlu diperhatikan pada periode pasca pandemi ini, ada baiknya konsep biophilic design mampu menjembatani kebutuhan akan green building, wellness, dan kebutuhan akan ruang interaksi yang inklusif dan aktif di sekitarnya.

Penulis: Lusia Raras

Sumber:

www.cnn.com

www.rumah.com

www.jakartaglobe.id

 

Artikel Terkait:

Penerapan Green Building di IKN Nusantara

Share:
Back to Blogs