Proyek MRT Bali resmi dimulai pada September 2024 melalui ritual ngeruwak di Sentral Parkir Kuta, menandai pembangunan bawah tanah pertama di Pulau Dewata. Fase pertama sepanjang 16 km kini tengah dibangun, menghubungkan Bandara Ngurah Rai hingga Cemagi melalui Kuta dan Seminyak.
Pada April 2025, delapan Tunnel Boring Machine (TBM) berdiameter 7,2 meter telah tiba di Bali. Jumlah ini tiga kali lebih banyak dibandingkan yang digunakan di MRT Jakarta untuk mengebor terowongan sedalam 30 meter. Fase pertama ditargetkan beroperasi pada 2028, sementara fase kedua (Bandara–Nusa Dua) diproyeksikan selesai tahun 2031. Total investasi untuk dua fase awal mencapai USD 10,8 miliar dari keseluruhan rencana USD 20 miliar untuk empat fase.
Dalam membangun sistem transportasi massal yang terintegrasi, Bali bisa banyak belajar dari keberhasilan MRT Jakarta. Salah satu kunci suksesnya adalah konektivitas antarmoda. MRT Jakarta telah terintegrasi dengan KRL, TransJakarta, LRT, dan angkutan pengumpan lainnya. Bahkan, sistem feeder seperti ojek daring menyumbang sekitar 22–23% dari total pengguna harian.
Pelajaran penting bagi Bali adalah memastikan MRT terhubung dengan Trans Sarbagita, shuttle pariwisata, dan moda lokal lain demi menciptakan sistem mobilitas yang efisien. Selain itu, MRT Jakarta juga menyediakan fasilitas seperti Wi-Fi gratis, toilet aksesibel, ruang menyusui, hingga area komersial di stasiun. Jam operasional yang fleksibel, termasuk hingga pukul 24.00 saat akhir pekan atau event besar, sehingga dapat meningkatkan kenyamanan dan aksesibilitas untuk warga kota.
Keberhasilan MRT Jakarta dalam menciptakan pendapatan non-tiket juga patut dicontoh. Sekitar 30% pendapatan diperoleh dari kerja sama hak penamaan stasiun dan sponsor branding. Bali memiliki peluang besar untuk menerapkan skema serupa dengan melibatkan pelaku pariwisata dan UMKM lokal.
MRT Jakarta juga konsisten menggunakan data untuk menetapkan target dan mengevaluasi kinerja. Pada tahun 2024, jumlah penumpang mencapai 40,82 juta, atau rata-rata 111.534 per hari, melebihi target 92.000. Per Maret 2025, rata-rata pengguna harian melampaui 102.000, bahkan menembus 152.000 pada 20 Maret. Evaluasi berbasis data seperti ini penting diterapkan sejak awal oleh MRT Bali.
Sebagai langkah nyata, pada Juni 2025, Pemprov Bali telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan MRT Jakarta untuk transfer pengalaman dan dukungan teknis. Dengan pendekatan modern dan karakter lokal yang kuat, MRT Bali berpotensi menjadi solusi kemacetan sekaligus simbol kemajuan infrastruktur Indonesia sebagai kawasan wisata berskala global.
Penulis : Alivia Putri Winata
Sumber :
https://www.balidiscovery.com/
https://en.antaranews.com/
https://m.beritajakarta.id/
https://www.inews.id/