Bagaimana Nasib Sektor Properti di Tengah Ancaman Tenggelamnya Jakarta? | KF Map – Digital Map for Property and Infrastructure in Indonesia
Bagaimana Nasib Sektor Properti di Tengah Ancaman Tenggelamnya Jakarta?
Friday, 1 October 2021

Isu tenggelamnya Jakarta menjadi isu yang mencuat dalam beberapa bulan terakhir ini, dan hal ini menyebabkan berbagai lembaga mencoba mencari deskripsi popular yang mampu menjelaskan lebih gamblang terkait ancaman ini.

Jakarta merupakan kota pesisir yang terletak di dataran rendah, dengan jenis tanah yang didominasi oleh kipas aluvial atau endapan pantai. Saat ini, pemanfaatan ruang di Jakarta juga sangat intensif pada ruang budidaya yang berarti penggunaan tanah dicirikan dengan pembangunan konstruksi yang intensif dan menggunakan air tanah untuk mendukung aktivitas keseharian.

Dengan morfologi yang demikian, ditempa dengan ragam konsekuensi untuk mendukung fungsi kota, seperti beban bangunan dari kegiatan budidaya (seperti gedung tinggi), penggunaan air tanah yang intensif, maka tidak mengherankan kondisi geologi atau tanah akan menjadi poros atau ruang porinya mengempis karena air sebagai penahan senantiasa terekstraksi dan beban bangunan memberikan dorongan yang juga cukup signifikan.

Belum lagi ritme puncak curah hujan di bulan basah, dan dorongan peningkatan muka air laut di pesisir yang menjadikan genangan atau ancaman tenggelam menjadi bayang-bayang yang menghantui.

Secara umum, berdasarkan data dari portal jakartasatu, didapatkan pola penurunan muka tanah sampai tahun 2017. Jika overlay dengan keberadaan proyek properti berdasarkan spasial portal KFMap, maka didapatkan bahwa, wilayah dengan risiko penurunan muka tanah tertinggi (mengalami penurunan muka tanah mencapai 0,24 meter per tahun) terdapat 16 proyek properti dari sektor perkantoran, ritel dan apartemen. Jumlah proyek tersebut belum termasuk yang berada pada wilayah dengan risiko sedang.

Lalu apa yang harus dilakukan? Kondisi ini sebenarnya tidak hanya menjadi ancaman Jakarta, namun juga berbagai kota pantai di dunia mengalami ancaman ini. Sebut saja Tokyo yang telah mulai mendeteksi penurunan muka tanah sejak tahun 1940 dan berhasil meminimalkan risiko tersebut saat ini. Untuk itu, dalam upaya antisipasi ancaman atau potensi risiko, kita harus mampu menakar melalui upaya mitigasi, untuk menghindari kondisi klimaks dari risiko tenggelam, sekaligus menghindar dari rekaan risiko.

Mitigasi yang dapat dilakukan sebagai antisipasi dari ancaman tenggelamnya Jakarta di sektor properti, diantaranya adalah menyesuaikan pemanfaatan ruang dengan zonasi tata ruang, menggunakan air tanah dengan bijak bahkan perlu mengurangi penggunaan air tanah dengan menyediakan alternatif melalui rain harvesting yang dipanen/ ditampung melalui kanal atau basin buatan, membangun tanggul, baik secara alami melalui mangrove maupun bangunan tanggul, serta  menyiapkan pompa untuk menahan arus gelombang laut untuk wilayah yang berbatasan dengan laut, dan menumbuhkan kesadaran kolektif untuk menjaga alam merupakan tanggung jawab bersama.

Tidak heran jika ESG atau Environment, Social, Governance saat ini menjadi tren global di ranah properti, diantaranya karena ancaman kemunduran fungsi alam telah didepan mata, dan perlu dijawab melalui konsep kembali ke alam untuk menjaga sustainable income.

Penulis : Syarifah Syaukat

Sumber:

www.kumparan.com

www.jakartasatu.jakarta.go.id

www.antaranews.com

Share:
Back to Blogs