Aksesibilitas sebagai Keunggulan Komparatif Wilayah Residential | KF Map – Digital Map for Property and Infrastructure in Indonesia
Aksesibilitas sebagai Keunggulan Komparatif Wilayah Residential
Date: Friday, 6 August 2021

Sektor apartemen sewa di paruh pertama tahun 2021 memiliki rerata penjualan berkisar 95,7% atau terakumulasi sekitar 0,3% dari semester sebelumnya. Hal tersebut disampaikan hari ini dalam Konferensi Pers Jakarta Property Highlight 1H21 oleh Knight Frank Indonesia.

Bagaimana kini kondisi penjualan apartemen di daerah Jakarta?

Berdasarkan pemantauan dari tim riset Knight Frank Indonesia di paruh pertama tahun 2021, unit apartemen eksisting yang berada dalam radius 2 km dari terminal Mass Rapid Transit atau MRT (Blok M, Fatmawati, dan Lebak Bulus) memiliki penjualan yang lebih baik dari rerata akumulasi penjualan semester ini, yaitu berada di kisaran 2-5%.

Terminal sebagai bentuk akses transportasi publik menjadi pertimbangan bagi konsumen apartemen saat ini. Hal tersebut khususnya terjadi pada segmen apartemen kelas menengah dengan kisaran harga 16-24 juta per meter persegi.

Produk apartemen baru yang lokasinya berada dalam radius 2 km dari terminal MRT, secara umum memiliki penjualan di atas rata-rata dari penjualan apartemen pada umumnya yaitu mencapai sebesar 15%.

Keunggulan komparatif ini memang merupakan keunggulan fisik wilayah yang menjadi nilai jual di sektor residensial. Akses yang tersedia akan mendukung semakin mendukung tingginya tingkat konektivitas wilayah. Selain itu, wilayah terminal MRT merupakan wilayah dengan citra permukiman yang mapan dengan fasilitas penunjang yang terbilang lengkap.

Selain MRT, akses yang ditandai dengan keberadaan Transit Oriented Development atau TOD juga memiliki catatan yang baik dalam mempengaruhi penjualan unit apartemen yang berada dalam radius 2 km dari site TOD tersebut. Untuk unit baru di sekitar lokasi tersebut, umumnya memiliki penjualan rata-rata mencapai kisaran 10%.

Akses menjadi kunci konektivitas sehingga perumahan tidak lagi harus berada di tengah kota untuk dapat mendukung mobilitas penghuni. Hal ini kemudian menyebabkan terjadinya pergeseran perspektif dimana dengan adanya aksesibilitas yang baik, maka lokasi tidak lagi menjadi menu utama yang tersaji.

Penulis : Syarifah Syaukat

Sumber:

Knight Frank Indonesia

Share:
Back to Blogs