Geliat sektor properti di tahun 2023 diwarnai dengan strategi pemulihan pasca pandemi dan ketidakpastian global. Di penghujung tahun ini, sektor properti menjadi salah satu sektor pendukung pertumbuhan ekonomi di beberapa negara. Lalu, bagaimana sektor tersebut di tahun 2024?
Melalui publikasinya yang berjudul Asia-Pacific Tomorrow, Knight Frank Asia Pacific menilai bahwa pada tahun 2024, sektor properti di Asia Pasifik akan melakukan adaptasi. Dengan memanfaatkan keuntungan demografis dan pertumbuhan ekonomi yang cepat, Asia Pasifik dapat mencapai kondisi yang optimal.
Dari segi investasi, Knight Frank Asia Pasifik menilai, para investor juga akan melakukan perubahan terhadap portofolio mereka, para investor akan lebih memilih proyek dengan visibilitas pendapatan jangka panjang. penyesuaian ini dilakukan untuk mengatasi peningkatan suku bunga dan kondisi ekonomi lainnya.
Namun, untuk mencapai kondisi tersebut, terdapat beberapa tantangan yang harus diselesaikan di wilayah regional ini. Laporan ini menyebutkan beberapa sinyal waspada terhadap beberapa subsektor properti di Asia Pasifik, salah satunya adalah subsektor properti komersial yaitu perkantoran dan logistik (pergudangan).
Subsektor perkantoran memiliki tantangan utama berkaitan dengan pergeseran pasar menuju gedung kantor ESG, yang menyebabkan beberapa gedung tua yang tidak bersertifikasi memiliki tingkat kekosongan yang cukup tinggi. Tiongkok, India, Ho Chi Minh, dan Bangkok akan mengalami peningkatan pasokan, yang menyebabkan penurunan harga sewa dan peningkatan tingkat kekosongan ruangan karena sentimen pasar.
Dari subsektor pergudangan dan logistik, inflasi dan suku bunga yang tinggi membatasi pengeluaran dan pertumbuhan beberapa negara. Hal ini berdampak terhadap pergerakkan perdagangan. Selain itu, normalisasi terhadap industri e-commerce juga akan memiliki dampak yang besar bagi pelaku sektor logistik.
Namun dari tantangan tersebut, sektor properti di Asia Pasifik juga dinilai akan berkembang dengan baik karena:
1. Crossing The Divide: Menurut World Data Lab, sekitar 113 juta penduduk atau 80% dari total penduduk di Asia Pasifik akan tergolong sebagai kelas menengah. Selain itu, untuk pertama kali, kurang dari setengah wilayah regional akan berada di bawah garis kemiskinan.
2. Urban Transformation: Terjadi perubahan dalam pertumbuhan penduduk yang dipengaruhi oleh angka pernikahan dan kelahiran yang menurun, sebagai konsekuensi dari pertumbuhan ekonomi yang cepat. Namun, masyarakat di perkotaan akan tetap mengalami pertumbuhan yang didorong oleh tren migrasi dari desa menuju kota.
3. Highest Concentration of Urban Population: Hingga akhir dekade ini, Asia Pasifik akan memiliki jumlah penduduk hingga 300 juta orang, yang mayoritas akan tinggal di kawasan perkotaan.
4. World’s Largest Working-Age Cohort: pertumbuhan penduduk muda yang diikuti dengan kebijakan yang kondusif akan menjadi daya saing kawasan, terutama di kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara.
5. Magnet For Foreign Investment: Arus investasi asing (foreign direct investment) akan mengalami peningkatan yang lebih tajam, yaitu sekitar 8%, dibanding arus investasi dalam negeri, yang akan mengalami penurunan hingga 12,4%. Pada tahun 2022, sekitar 55% total FDI secara global berpusat di Asia Pasifik.
Penulis: Lusia Raras
Sumber:
https://www.knightfrank.com/research/report-library/asia-pacific-horizon-part-1-asia-pacific-tomorrow-10798.aspx
www.nst.com.my
www.thestar.com.my