Waste to Energy: Solusi Atasi Darurat Sampah dan Penyediaan Energi Terbarukan

Friday, 31 October 2025

Indonesia kini tengah dilanda permasalahan sampah domestik yang mulai menggunung, manajemen sampah menjadi tantangan tersendiri bagi berbagai wilayah perkotaan saat ini. Berdasarkan data oleh Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), tercatat bahwa timbulan sampah dari 331 kabupaten/kota di seluruh Indonesia telah mencapai angka 35,28 juta ton pada tahun 2024.

Data dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengindikasikan bahwa sekitar 11,3 juta ton sampah tidak terkelola dengan baik. Bahkan Data Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) per tahun 2025 menunjukkan kondisi yang lebih buruk, dengan timbulan sampah harian mencapai 146 ribu ton (setara 53 juta ton per tahun) dan diperkirakan hanya 9 hingga 10 persen yang terkelola dengan baik.

Sebagai solusi, pemerintah tengah menyusun proyek ambisius yang dapat mengubah limbah sampah (waste) menjadi energi listrik yang disebut sebagai Waste to Energy (WtE) atau Pengelolaan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL). 

Rencananya, proyek ini akan berlangsung di tujuh daerah, yaitu di Provinsi Bali, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Bogor, Tangerang Raya, Semarang, Bekasi Raya, dan Medan Raya.

Lalu, bagaimanakah teknologi WtE ini bekerja? Prinsip kerja dari WtE adalah dengan membakar limbah-limbah atau sampah dengan metode insinerasi terkontrol, limbah akan dibakar pada suhu yang tinggi antara 850°C – 1.450°C, menghasilkan panas yang mengubah air menjadi uap. Tekanan dari uap yang dihasilkan akan memutar bilah generator dan menghasilkan listrik.

Menurut keterangan Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, Indonesia telah mengalami ketertinggalan dalam sektor ini, sehingga pemerintah melalui Peraturan Presiden No. 109/2025 mulai merancang pembangunan proyek Waste to Energy (WtE) ini tidak hanya untuk meningkatkan tingkat pengelolaan sampah, tetapi sekaligus menjadi penyediaan lapangan kerja dan sumber energi terbarukan di Indonesia.

Badan Pengelola Investasi Indonesia (Danantara) juga terlibat aktif dalam pembangunan proyek ini. Managing Director Danantara, Stefanus Ade Hadiwidjaja, menyebut bahwa setiap fasilitas WtE dengan kapasitas 1.000 ton/hari memerlukan investasi sekitar Rp 2–3 triliun. 

Dengan hadirnya proyek ini, maka volume sampah atau limbah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dapat berkurang drastis hingga menyentuh angka 87%. Hasil dari listrik yang dihasilkan oleh fasilitas WtE ini akan diserap langsung oleh PLN, dengan 1.000 ton sampah per hari dapat menghasilkan sekitar 15 megawatt listrik, sehingga berpotensi untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap energi fosil.

Secara keseluruhan, proyek WtE di Indonesia merupakan inisiatif strategis untuk mengatasi darurat sampah nasional sekaligus mendukung target energi bersih. Harapannya, proyek ini dapat menjadi model pengelolaan sampah yang berkelanjutan, sekaligus menjadi upaya penyediaan energi terbarukan secara nasional dalam jangka panjang. 

 

Penulis: Adhika Wisnu Aryo Putro Wibowo

Sumber:

https://brin.go.id/

https://www.cnbcindonesia.com/

https://www.esdm.go.id/

https://www.kompas.com/

https://www.ibm.com/

https://kemenlh.go.id/

https://intimedia.id/

https://kumparan.com/

Share:
Back to Blogs