Smart City Sebagai Salah Satu Strategi Menggenjot Pertumbuhan Ekonomi | KF Map – Digital Map for Property and Infrastructure in Indonesia
Smart City Sebagai Salah Satu Strategi Menggenjot Pertumbuhan Ekonomi
Date: Monday, 23 March 2020

Di tengah pertumbuhan ekonomi yang masih menjadi tantangan saat ini (5%). Dorongan dan urgensi untuk mengimplementasikan smart city menjadi salah satu strategi yang bisa dipilih. Temuan dari beberapa referensi mengungkap bahwa, konsep kota pintar mampu mendorong pertumbuhan. Akses dan konektivitas berselancar melalui IoT (Internet of Things) antara sektor pembangunan menjadi kunci dari kota pintar, atau yang populer disebut sebagai smart city.

Ide utama dari pengembangan kota ini adalah untuk meningkatkan produktivitas kota dengan mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi dengan layanan publik, sehingga tercapai efisiensi dan optimasi dalam proses pembangunan yang mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Menurut Professor Dr. Rudolf Giffinger dari Centre of Regional Science of Vienna University of Technology, ukuran yang digunakan dalam ranah global untuk mengukur Smart City adalah : smart economy dengan mendorong pemanfaatan teknologi digital untuk memperbaiki iklim usaha, smart government dengan memperkuat layanan publik melalui teknololgi informasi dan komunikasi, smart environment dengan menggunakan inovasi teknologi untuk memelihara lingkungan dan efisiensi energi, smart living untuk mendorong penggunaan teknologi dalam meningkatkan kohesi sosial masyarakat, smart people dengan mendorong inovasi untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, dan smart mobility dengan meningkatkan interkoneksi infrastruktur untuk meningkatkan produktivitas.

Lublin dan Seoul adalah contoh kota pintar yang terus berinovasi dan berkolaborasi untuk mewujudkan kota pintar. Di Indonesia, smart city mulai menjalar sejak tahun 2014, yang ditandai dengan di-launchingnya aplikasi Qlue untuk pelayanan publik di Jakarta. Surabaya menerbitkan aplikasi SWAT (solid waste transportation) untuk sistem pengangkutan sampah, Bandung menerbitkan aplikasi E-punten untuk layanan kependudukan.

Saat ini, setidaknya terdapat beberapa kota yang mulai merintis kehadiran smart city, sebut saja Bekasi, Tangerang, Tangerang Selatan, Bogor, Purwakarta, Cirebon, Sukabumi, Semarang, Yogyakarta, Sleman, Banyuwangi, Malang, Bojonegoro, Gresik, Sidoarjo, Lombok Timur, Denpasar, Badung, Binjai, Jambi, Pelalawan, Banyuasin, Kutai Kartanegara, Samarinda, Singkawang, Makasar, Tomohon, Siak, Ambon, dan Mimika.

Di Indonesia, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menetapkan 8 delapan indikator smart city, yaitu smart development planning, smart green open space, smart transportation, smart waste management, smart water management, smart building, smart waste management, smart building, dan smart energy. Tentu penerapan hal ini bukan mimpi, mengingat setidaknya 64,8% penduduk Indonesia saat ini menggunakan internet, hal ini tentu menjadi modal dasar implementasi kota pintar.

Beranjak dari hal di atas, Indonesia menargetkan pada tahun 2045 telah memiliki 100 smart city, hal ini diperlukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Upaya ini diperkuat dengan terbitnya Perpres No. 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintah Berbasis Elektronik (SPBE) berusaha mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, transparan, akuntabel serta pelayanan publik yang berkualitas dan terpercaya.

Dalam industri properti, konsep smart city membuka alternatif pengembangan bisnis masa depan, dengan pasar premium yang umumnya telah memiliki kesadaran lebih terhadap lingkungan hidup (eco-friendly), dan manajemen properti yang lebih efisien sebagai bentuk properti masa depan. Selain itu, kota pintar menjadi magnet investasi dan perdagangan.

Sejalan dengan itu, berdasarkan Emerge Capital Partner yang merekam dampak smart city terhadap properti terungkap bahwa, peningkatan 10% konektivitas dalam smart city akan meningkatkan performa pasar properti sebesar 8,2%, yang secara khusus akan meningkatkan investasi sebesar 7,9% dan peningkatan nilai jual unit properti sebesar 6,7%. Dengan catatan bahwa konektivitas, data dan kolaborasi menjadi kunci dalam penerapan.

Hal diatas juga telah dibuktikan dalam benchmarking study yang dilakukan oleh Knight Frank (2019), bahwa pengembangan TOD sebagai embrio infrastruktur menuju smart city memberikan pengaruh positif dalam serapan pasar dan kenaikan harga jual unit properti.

Penulis : Syarifah Syaukat, Muthia

Sumber:

https://smartcity.jakarta.go.id/

https://sis.binus.ac.id/

https://hub.beesmart.city/

https://www.liputan6.com/

https://www.cnbcindonesia.com/

https://id.techinasia.com/

https://properti.kompas.com/

http://indonesiabaik.id/

https://koinworks.com/

https://mcity.id/

https://biz.kompas.com/

https://tekno.kompas.com/

https://kominfo.go.id/

https://bebas.kompas.id/

https://www.smart-energy.com/

https://www.engelvoelkers.com/

https://www.onlinemarketplaces.com/

https://static1.squarespace.com/

Share:
Back to Blogs