Semester I/2021, Bisnis Apartemen Sewa di Jakarta Makin Tertekan | KF Map – Digital Map for Property and Infrastructure in Indonesia
Semester I/2021, Bisnis Apartemen Sewa di Jakarta Makin Tertekan
Thursday, 5 August 2021

JAKARTA — Sektor properti khususnya apartemen sewa di wilayah DKI Jakarta mengalami tekanan di tengah pandemi covid-19 yang belum usai. 

Country Head Knight Frank Indonesia Willson Kalip mengatakan gelombang kedua Covid-19 di Indonesia memberikan dinamika bagi pergerakan pasar properti.

"Meskipun vaksinasi bergulir cukup intensif, namun kegiatan masyarakat masih dibayangi pembatasan karena diberlakukannya PPKM level 4," ujarnya dalam media briefing secara virtual, Kamis (5/8/2021).

Terlihat jelas bahwa properti menjadi salah satu sektor yang terdampak walau tadinya mulai ada pemulihan setelah berbagai strategi telah dilakukan dalam setahun terakhir.

Dengan masih adanya pelemahan di sektor properti, diharapkan kerjasama para pemangku kepentingan untuk mengungkit tuas transaksi dapat ditingkatkan

"Permintaan pasca-pandemi diperkirakan akan bertahap dalam jangka pendek, sangat tergantung pada tingkat keberhasilan vaksinasi serta implementasi turunan peraturan Omnibus Law terkait akses pekerja asing,” kata Willson.

Senior Advisor Research Knight Frank Indonesia Syarifah Syaukat menuturkan pada semester I/2021 tidak ada penambahan pasokan baru apartemen sewa. Adapun total pasokan baru apartemen sewa mencapai 8.978 unit yang terdiri apartemen servis sebanyak 6.728 unit dan apartemen non servis 2.250 unit. 

Diproyeksikan hingga akhir tahun ini akan ada 1.172 unit pasokan baru. Lalu hingga 2023 akan ada total 1.670 unit pasokan baru apartemen sewa dimana 70 persen berada di daerah CBD. 

"Ada 2 proyek dari future supply yang menunda masuk pasar pada 2020 dan berencana akan masuk pasar pada akhir tahun ini. Bahkan ada 1 proyek lainnya yang akan masuk di tahun ini telah tertunda sejak tahun 2019," ucapnya.

Adapun tingkat hunian pada semester I/2021 berada di level 59,9 persen, menurun sebesar 3,4 persen dari semester II/2020 dan mengalami kenaikan okupansi sebesar 0,6 persen secara tahunan (yoy).

Tingkat hunian yang mencapai 59,9 persen itu terdiri dari tingkat hunian apartemen servis sebesar 60,7 persen dan apartemen nonservis 57,4 persen. 

Syarifah mengungkapkan rerata harga sewa menurun sekitar 2 persen untuk apartemen servis dan 3 persen untuk apartemen nonservis. Sebagian besar proyek masih menahan harga. Harga sewa dan tingkat hunian pun masih berada di bawah tekanan. 

"Penawaran harga yang dioper dari pihak pengelola memang mengalami penurunan, koreksi. Ini tidak bisa dipungkiri karena mereka mencoba selain mempertahankan customer yang sudah ada yakni long stay dan juga mencoba menangkap pasar dari medium maupun short term," tuturnya.

Dia menilai salah satu bentuk penurunan harga ini dilakukan untuk bertahan di tengah kondisi saat ini dan upaya untuk dapat meningkatkan tingkat hunian dalam kondisi pandemi Covid-19.

"Ketika trennya menurun, jadi para pengelola melakukan penurunan harga agar bisa bertahan tenant yang ada dan dapat meningkatkan dari kondisi normal pada umumnya," ujarnya. 

Menurutnya, apartemen sewa service dengan tingkat hunian bertahan umumnya berada di wilayah CBD.  Apartemen sewa non service dengan tingkat hunian yang bertahan umumnya berada di wilayah prime non-CBD seperti pondok indah dan kebayoran baru. 

"Penurunan tingkat penyewaan terjadi setelah repatriasi WNA/TKA di awal tahun ini, namun secara bergelombang TKA kembali lagi ke negara asalnya karena pandemi yang meningkat sejak Juni," katanya.

Saat ini, permintaan terhadap program staycation dan longstay menjadi strategi mempertahankan tingkat hunian.

Pasalnya, penurunan tingkat penyewaan terjadi setelah repatriasi WNA/TKA sejak awal tahun hingga saat ini akibat Covid-19. 

Dia menyakini permintaan apartemen sewa pasca covid akan terjadi secada bertahap dan sangat tergantung pada keberhasilan vaksinasi dan implementasi akses pekerja asing. 

"Selain menerapkan protokol kesehatan, beberapa apartemen sewa juga telah mengantongi sertifikat CHSE, sebagai kepastian kenyamanan dan keamanan bagi konsumen," ucap Syarifah. 

Penulis : Yanita Petriella

Sumber:

www.bisnis.com

Share:
Back to Blogs