JAKARTA - Turunnya kasus harian Covid-19 membuat pemerintah melonggarkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Oktober 2021 ke level 2. Hal ini tentu saja menggiatkan pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 7,07% di triwulan II 2021 (terhadap triwulan II 2020 yoy).
Padahal, sebelumnya sempat terkontraksi sebesar 5,32 persen (triwulan II 2020 terhadap triwulan II 2019 yoy), menurut Biro Pusat Statistik (BPS). Pertumbuhan signifikan terutama dialami bidang transportasi dan pergudangan (25,1%) hingga industri pengolahan (6,58%).
Konsultan properti Knight Frank Indonesia menyebutkan, tren perbaikan ekonomi makro dan stabilitas keuangan Indonesia erat kaitannya dengan perkembangan sektor properti. Kenaikan kurva ekonomi secara tidak langsung memberikan multiplier effect pada pergerakan lanjutan di sektor properti, namun kasus gagal bayar hutang Evergrande, sejumlah US$300 milyar, dikhawatirkan bisa berimbas ke Indonesia.
“Indonesia harus waspada dalam menghadapi dampak negatif dari Evergrande, yang berhubungan erat dengan jumlah investasi asing ke Indonesia,” jelas Willson Kalip, Country Head Knight Frank Indonesia dalam keterangan tertulisnya, Senin (25/10).
Dikatakan Wilson Kalip, program pembangunan infrastruktur dari pemerintah dalam dua periode terakhir merupakan tulang punggung bagi bergeraknya ekonomi dimana dengan infrastruktur yang baik dan perencanaan master plan yang matang, sektor properti sebagai lokomotif perekonomian dapat ikut tergerak dan mendorong sektor lainnya untuk tumbuh dan berkontribusi dalam pemulihan ekonomi nasional. Agar sektor properti dapat terus berkontribusi secara sehat di dalam siklus perekonomian, nilai supply dan demand pada sektor properti juga perlu dipantau agar tetap seimbang.
“Porsi alokasi kredit perbankan ke sektor properti dan turunannya pun terlihat masih sehat. Instituasi keuangan dan bank sebagai sumber dana utama dinilai masih memilki cukup banyak ruang untuk membantu berkembangnya sektor properti. Angka kredit properti di Indonesia masih dapat tumbuh hingga mencapai angka 20-22%,” tegas Willson. Populasi Indonesia yang besar, ujarnya juga mendukung ketahanan (resiliensi) dan perkembangan sektor properti.
Dukungan pihak asing, sambung dia, juga dinilai penting sebagai pendukung tumbuhnya pasar properti nasional. Adanya permintaan yang datang dari sisi eksternal atau dari warga negara asing dapat menjadi pendongkrak sektor properti di Indonesia. Hal ini juga dinilai sebagai salah satu solusi dapat tercapainya keseimbangan antara angka pasokan dan permintaan properti.
Strategic Consultancy Director Knight Frank Indonesia Sindiani S. Adinata mengatakan, hal yang sama juga disuarakan para pengembang properti lokal. Kebanyakan dari mereka, kata dia, menginginkan adanya perluasan pasar yang dapat menjangkau pasar asing. “Saat ini para pengembang lokal masih menunggu peraturan turunan dari Undang-Undang Omnibus sehubungan dengan regulasi investor asing untuk berinvestasi di Indonesia,” imbuh Sinidiani.
Dirinya menyebutkan, sesuai publikasi Jakarta Property Highlight 1H 2021 dari Knight Frank Indonesia, sektor industri tumbuh terbaik selama pandemi dengan penambahan pasokan sebesar 2,65% lebih tinggi dari semester sebelumnya dimana serapan kawasan industri terbesar hadir dari bisnis data center. “Sementara sektor perkantoran dan ritel diprediksi akan bergerak positif sesuai pengendalian pandemi dan perbaikan ekonomi nasional,” tutup Sindiani.
Penulis: EQ
Sumber:
www.propertynbank.com