Inovasi teknologi telah mengubah cara kita menjalani kehidupan sehari-hari, termasuk di rumah. Smart home atau rumah pintar tidak lagi sekadar tren mewah, melainkan semakin menjadi kebutuhan standar dalam pengembangan hunian modern di Indonesia. Dengan integrasi Internet of Things (IoT) dan otomasi rumah, properti residensial kini dilengkapi fitur-fitur canggih yang memberikan kenyamanan, keamanan, dan efisiensi energi yang lebih baik.
Pasar smart home Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang sangat menjanjikan. Data Statistik 2022 mengatakan bahwa pendapatannya diproyeksikan akan mencapai US$730,40 juta pada tahun 2026. Lebih impresif lagi, pasar ini diperkirakan akan tumbuh dengan Compound Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 11,93 persen dari tahun 2024 hingga 2028, dengan penetrasi ke rumah tangga diproyeksikan mencapai 23,2 persen pada 2028.
Pertumbuhan ini didorong oleh meningkatnya kesadaran konsumen urban, khususnya milenial dan generasi muda, terhadap manfaat teknologi rumah pintar. Menurut survei Knight Frank Indonesia terkini, digitalisasi dan pengembangan teknologi telah menjadi fokus utama dalam optimalisasi pertumbuhan properti di Indonesia.
Konsep smart home di Indonesia mencakup berbagai aplikasi praktis. Sistem keamanan berbasis AI yang dapat diakses melalui smartphone menjadi fitur unggulan, memungkinkan pemilik rumah memantau properti mereka dari mana saja. Selain itu, kontrol pencahayaan dan suhu ruangan otomatis yang dapat disesuaikan, serta penggunaan panel surya untuk efisiensi energi, kini menjadi nilai tambah yang dicari oleh pembeli properti menengah ke atas.
Integrasi teknologi ini tidak hanya meningkatkan kenyamanan, tetapi juga memberikan potensi penghematan energi yang signifikan. Data menunjukkan bahwa pada Februari tahun 2022, sudah ada 7,28 juta rumah di Indonesia yang menggunakan teknologi smart home, dengan potensi peningkatan pengguna sekitar 1 juta unit per tahun.
Bagi investor properti, hunian dengan infrastruktur smart home memiliki potensi harga jual dan sewa yang lebih tinggi, terutama di segmen menengah ke atas. Pengembang properti kini semakin menyadari bahwa fitur smart home bukan sekadar gimmick, melainkan diferensiator penting dalam memasarkan unit baru mereka.
Tren ini juga sejalan dengan perubahan gaya hidup konsumen yang menginginkan hunian lebih efisien dan aman. Label 'IoT Inside' atau 'Smart Home Inside' telah menjadi strategi pemasaran yang umum digunakan para pengembang untuk menarik pembeli yang paham teknologi.
Meskipun prospek cerah, implementasi smart home di Indonesia masih menghadapi tantangan. Pemerataan jaringan internet menjadi hambatan utama, dengan penetrasi akses fixed broadband masih sekitar 10 juta dari total 90 juta rumah di Indonesia. Edukasi konsumen tentang manfaat dan penggunaan teknologi smart home juga masih memerlukan perhatian lebih dari berbagai pemangku kepentingan.
Namun, ekspansi jaringan 4G dan 5G yang terus berlanjut diharapkan dapat mengatasi kendala infrastruktur ini, sehingga adopsi teknologi smart home dapat berjalan lebih cepat.
Kolaborasi antara penyedia teknologi, regulator, pengembang properti, dan institusi keuangan akan menentukan seberapa cepat konsep smart home dapat diadopsi secara massal. Di tahun 2026 dan seterusnya, properti yang dilengkapi infrastruktur smart home diprediksi akan menjadi standar minimum, bukan lagi keunggulan kompetitif.
Penulis : Arief Fadhillah
Sumber :
https://kfmap.asia/research/survey-proyeksi-pasar-properti-indonesia-2025/3749
https://www.detik.com/
https://www.kompas.com/
https://www.cnnindonesia.com/