Rohana dan Rojali Butuh Ruang Terbuka Inklusif di Kota

Friday, 1 August 2025

Belakangan ini, ramai dibahas sosok Rohana dan Rojali yang mengancam keberadaan berbagai toko di pusat perbelanjaan. Rojali adalah akronim untuk Rombongan Jarang Beli, sementara Rohana adalah Rombongan Hanya Nanya. Rohana dan Rojali sering dibahas hingga dijadikan konten di media sosial, sebab keberadaannya di pusat perbelanjaan, dengan tidak melakukan transaksi barang atau jasa membuat gemas berbagai pihak. 

Sesungguhnya, kondisi ini lumrah terjadi di area komersial. Melihat-lihat tanpa melakukan pembelian merupakan kegiatan yang wajar dalam dunia ritel konvensional, sama halnya dengan bertanya dan tawar menawar di pasar.

Mereka mengunjungi pusat perbelanjaan, dengan tujuan untuk menghabiskan waktu di tempat yang nyaman dan sejuk untuk menghibur diri, serta berkumpul dengan keluarga atau teman-teman. Mereka hanya perlu menyisihkan sepeser uang untuk membeli camilan dan minuman sambil berjalan menikmati suasana mal yang teduh dan bersih, lalu berhenti sejenak untuk window shopping di jejeran toko-toko.

Disinyalir, fenomena Rohana dan Rojali adalah pertanda melemahnya daya beli masyarakat. Menurut BPS, Laju konsumsi awal tahun 2025 melemah, dibandingkan tahun lalu pada periode yang sama. Saat ini, segmen menengah atas cenderung menahan pengeluaran untuk konsumsi, padahal mereka adalah penopang 70 persen konsumsi rumah tangga nasional.

Meskipun demikian, keberadaan Rohana dan Rojali menunjukkan adanya kebutuhan warga akan ketersediaan ruang terbuka kota yang inklusif. Pusat perbelanjaan adalah ruang bagi Rojali dan Rohana untuk bertemu, menghabiskan waktu dan berinteraksi dengan komunitasnya.

Sementara itu, dibalik sejuknya pendingin ruangan, masyarakat yang cenderung menjadi Rojali dan Rohana, sejatinya membutuhkan ruang berinteraksi yang tidak menuntut pengunjungnya mengeluarkan uang. 

Taman, perpustakaan, dan alun-alun bila dirawat dengan baik, dapat mewadahi masyarakat untuk bertatap muka dan bersosialisasi dengan nyaman. Tempat-tempat tersebut memiliki manfaat memperbaiki kondisi tempat tinggal, belajar, bekerja, dan bermain. Kehadiran tempat nyaman yang dapat diakses dengan mudah oleh semua kalangan berdampak baik terhadap kesejahteraan mental, meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan, serta memperkuat ikatan sosial dalam masyarakat. 

Rohana dan Rojali sejatinya mendapatkan wadah interaksi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya melalui ruang terbuka inklusif kota. 

 

Penulis: Dita Aulia Oktaviani

Sumber:

https://www.cnbcindonesia.com/ 

https://www.kompas.id/

https://www.urbanlibraries.org/ 

Share:
Back to Blogs