Riuh Rendah Ganjil Genap di Tengah Pandemi | KF Map – Digital Map for Property and Infrastructure in Indonesia
Riuh Rendah Ganjil Genap di Tengah Pandemi
Date: Friday, 14 August 2020

Pembatasan pergerakan melalui penetapan kebijakan ganjil genap berlaku pasang surut di tengah pandemi di Jakarta. Terhitung sejak 16 Maret 2020 sampai dengan Juli kebijakan ganjil genap ditiadakan. Hal ini disambut baik oleh warga, mengingat warga masih beradaptasi dalam berkegiatan dan menakar tingkat keamanan dan kenyamanan dalam menggunakan angkutan umum di tengah wabah.

Namun, di tengah masa perpanjangan PSBB transisi, kebijakan ganjil genap diberlakukan kembali di 25 ruas jalan, mulai dari pukul 06-10 WIB dan 16-21 WIB. Bagi warga menggunakan kendaraan pribadi di tengah kondisi wabah tentu saja dirasa lebih nyaman dan aman dari potensi penularan wabah.

Ternyata pemberlakukan kembali ini dipilih kembali sebagai rem darurat atas kondisi volume pergerakan lalu lintas yang meningkat melebihi kondisi normal, hal ini terjadi di beberapa titik di ibukota. Dan kondisi ini terjadi seiring dengan peningkatan penularan wabah.

Peningkatan volume kendaraan sekitar 1,74%, diantaranya terjadi di area Cipete, yang biasanya memiliki volume 74.000 perhari, meningkat menjadi 75.000 perhari. Demikian juga di Senayan yang umumnya 127.000 volume pergerakan perhari, meningkat menjadi 145.000 kendaraan perhari. Kondisi ini juga terjadi di area Sudirman.

Bukan hal yang mudah memahami implikasi pemberlakukan rekayasa lalu lintas yang memiliki interkoneksi dengan peredaman potensi penularan wabah, meningkatkan sektor riil di bidang usaha transportasi, menjaga efisiensi dan produktivitas kota, dsb.

Untuk para pekerja yang terus beraktivitas di tengah pandemi, upayakan agar tetap memiliki akses informasi jalur alternatif  jika harus melakukan pergerakan produktif.

Intinya saat ini disiplin bersama perlu terus tumbuh untuk tetap menggunakan masker, sering mencuci tangan dan jaga jarak, terutama di pusat kegiatan. Untuk pekerja yang mendapatkan jadwal kerja dari rumah, sebaiknya tetap produktif dari rumah, tanpa melakukan pergerakan yang tidak penting ke luar rumah.

Jika kesadaran bersama belum tumbuh, bukan tidak mungkin pemberlakukan ganjil genap berlaku sepanjang hari, dan meluas pemberlakukannya untuk motor. Lebih dari itu, kesadaran yang rendah akan membawa kita pada kondisi pandemi yang tidak berujung. Untuk menjaga agar produktivitas kota segera membaik, maka kesadaran kolektif harus tumbuh dari warga ibukota yang menjadi mesin penggerak ekonomi.

Penulis : Syarifah Syaukat

Sumber :

https://www.cnnindonesia.com/

https://republika.co.id/

https://jakarta.bisnis.com/

Share:
Back to Blogs