Pandemi memberi dampak yang buruk bagi pelaku usaha kost. Pekerja dan mahasiswa banyak yang melakukan aktivitasnya secara online. Meskipun begitu, menurut beberapa pelaku pasar, kost yang berada di sekitar perguruan tinggi lebih merugi dibandingkan kost yang ditujukan untuk para pekerja. Namun mengingat mobilitas yang sudah kembali membaik, okupansi indekos juga mendapatkan angin baru.
Peningkatan okupansi indekost diantaranya disebabkan oleh pelonggaran peraturan mengenai pembatasan sosial dan kurangnya supply. Kurangnya supply terjadi akibat banyak pemilik properti yang memilih untuk menjual propertinya dengan harga murah dibandingkan untuk disewakan pada masa pandemi. Trend tersebut juga dialami oleh beberapa negara di dunia.
Baru-baru ini, riset Knight Frank Global berjudul Global Prime Rent Index Q2 2022 menyebutkan bahwa New York, London, Toronto, dan Singapura memiliki pertumbuhan harga sewa sebesar 38,5 persen, 26,4 persen, 17,2 persen, dan 10,8 persen (YoY). Namun perkembangan ini diprediksi tidak akan konstan akibat kondisi dunia yang sedang mengalami resesi dan pelemahan pasar tenaga kerja. Terkecuali Kota Toronto, Kanada, yang menerapkan kebijakan di negara tersebut untuk melarang pihak asing membeli properti sehingga terpaksa untuk menyewa. Kebijakan tersebut mampu menekan rental demand yang tinggi.
Melihat fluktuasi pasar dan kurangnya supply tersebut, saat ini pengelola bisnis indekost lokal di Indonesia juga menghadirkan beberapa konsep baru. Terdapat jenis kost baru yang disebut dengan Apartemen Kost (Aparkost). Indekost rasa apartemen ini akan menarget tidak hanya pekerja, namun juga pelajar yang sedang merantau. Diketahui pada bulan Oktober 2021, okupansi Aparkost meningkat hingga 60%. Hingga pada akhir bulan Desember 2021, tingkat okupansi sudah mencapai 70%.
Hal tersebut menjadi angin segar bagi pelaku usaha indekost. Meskipun begitu pelaku usaha indekost tetap harus berhati-hati. Resesi, pelemahan pasar tenaga kerja, dan gelombang pandemi baru seperti yang terjadi di Hong Kong mampu menyebabkan penyewa lokal menjadi satu-satunya sumber rental demand di kota tersebut. Hong Kong mengalami penurunan prime rents sebesar 1,1 persen dalam basis kuartal. Di sisi lain hubungan terbalik antara penjualan perumahan dan pasar sewa menjadi hal yang menarik untuk diperhatikan beberapa waktu ke depan.
Penulis: Tristan Dimastyo Ramadhan
Sumber:
Prime Global Rental Index Q1 2022 by Knight Frank
Artikel Terkait: