Pembatasan Aktivitas, Hunian Perkantoran Terpukul | KF Map – Digital Map for Property and Infrastructure in Indonesia
Pembatasan Aktivitas, Hunian Perkantoran Terpukul
Thursday, 28 January 2021

WE Online, Jakarta - Konsultan properti, Knight Frank, merilis tingkat hunian bangunan perkantoran di kawasan pusat bisnis Jakarta pada semester II 2020 mencapai 74,9%. Angka ini turun bila dibandingkan semester sebelumnya.

 

"Tingkat hunian cenderung turun, tetapi turunnya sekitar 0,94% atau relatif stagnan. Dengan demikian, tingkat kekosongan mencapai 25% saat ini di kawasan pusat bisnis (Central Business District/CBD) Jakarta," kata Peneliti Senior Knight Frank Syarifah Syaukat di Jakarta, Kamis (28/1/2020).

Secara umum, kata dia, rerata serapan ruang kantor semester ini memang negatif. Namun, ruang perkantoran pada Premium Grade-A memiliki serapan yang tetap positif. Hal ini di antaranya karena ada tren relokasi dari para tenant yang memburu gedung dengan kualitas layanan prima dan teknologi yang menunjang penerapan protokol kesehatan.

"Sementara itu, berdasarkan rekam jejak data submarket diketahui bahwa koridor Sudirman memiliki serapan terluas dibanding koridor lainnya, yakni Thamrin, Gatot Subroto, dan Kuningan," ucapnya.

Syarifah pun memproyeksi prospek perkantoran tahun ini masih akan mengalami perlambatan. Ia mengatakan, penurunan okupansi terjadi umumnya karena tenant mengurangi besaran ruang (downsizing), relokasi ke gedung dengan pelayanan yang lebih baik (building upgrade), ataupun merger dengan head-office.

"Tenant-tenant di ruang perkantoran harus melakukan penyesuaian terkait ruang-ruang yang mereka sewa. Hal ini terkait efisiensi ruang yang telah direncanakan dalam usahanya," ujarnya.

Country Head dari Knight Frank Indonesia, Willson Kalip, menambahkan bahwa kondisi hunian perkantoran Jakarta masih cukup menantang dengan penyerapan ruang yang masih didominasi dari relokasi. Namun, beberapa sektor penggerak diharapkan mampu terus berekspansi dan mengisi ruang perkantoran.

"Salah satu yang dapat menjadi opsi pada kondisi ini adalah proses due deligence untuk project perkantoran yang sedang dikembangkan, apakah lanjut difungsikan sebagai perkantoran atau melakukan restrategi seperti konversi fungsi bangunan untuk menangkap peluang lainnya," pungkasnya.

Penulis : Boyke P. Siregar

 

Share:
Back to Blogs