Peluang dan Tantangan Kenaikan Suhu Global Terhadap Properti | KF Map – Digital Map for Property and Infrastructure in Indonesia
Peluang dan Tantangan Kenaikan Suhu Global Terhadap Properti
Date: Friday, 8 March 2024

Berdasarkan salah satu instansi weather forecast di UK terdapat potensi kenaikan suhu global melebihi 1,5°C pada tahun 2024 dibandingkan dengan era pra-industri.

Akibat langsung dari kenaikan suhu tersebut pun juga mempengaruhi berbagai aspek dalam pasar properti, termasuk jumlah hasil panen yang berubah,  pergerakan pola turisme, kerusakan fisik terhadap bangunan di zona rentan, dan gangguan terhadap infrastruktur.

Dalam jangka pendek, sebagian besar properti diduga akan menghadapi akibat tidak langsung, seperti kenaikan asuransi dan kemungkinan melakukan ekspansi di wilayah tanpa asuransi.

Laporan dari salah satu perusahaan finansial privat asal US menyatakan bahwa terdapat kenaikan biaya asuransi yang relatif signifikan dibandingkan dengan pemasukan sejak 2018 hingga 2023. Selain itu, perubahan regulasi juga meningkatkan risiko bagi para investor yang mengabaikan faktor-faktor lingkungan dalam investasinya pada tahun ini.

Sebaliknya, kenaikkan suhu ini juga memunculkan peluang baru karena adanya pertumbuhan permintaan, baik dari sisi tenant maupun investor untuk properti di area dengan risiko yang kecil (Low vulnerable) serta bangunan hemat energi. Selanjutnya, perubahan iklim juga membuat peningkatan permintaan untuk membantu para pemilik gedung dalam mempersiapkan, mengadaptasi, dan memulihkan kerusakan yang disebabkan oleh perubahan iklim tersebut.

Berdasarkan The Wealth Report yang dirilis oleh Knight Frank (2024), properti agrikultur dapat memberikan solusi berbasis alam untuk menanggulangi isu perubahan iklim dan menjadi daya tarik sendiri bagi para investor untuk melakukan investasi di properti agrikultur, termasuk lahan pertanian dan peternakan.

Sementara itu, berdasarkan survey yang dilakukan oleh Knight Frank (2024), 3 alasan utama para investor melakukan investasi di properti agrikultur diantaranya sebagai berikut: Produksi makanan (49%); Manfaat untuk Lingkungan (41%); dan Investasi Safe-Haven (38%).

 

Penulis: Defta Ina Mustika

Sumber:

The Wealth Report Knight Frank (2024)
https://www.mckinsey.com/

Share:
Back to Blogs