Tahun 2021 menjadi periode yang penuh tantangan untuk berbagai lini bisnis, termasuk diantaranya untuk properti. Tidak semua subsektor mengalami perlambatan yang drastis, namun hampir seluruh subsektor mengalami pelemahan.
Strategi yang akan dipasang oleh para pemangku kepentingan sangat mengandalkan pada refleksi implementasi program pemulihan yang dirilis oleh Pemerintah, diantaranya benchmark yang digunakan untuk menakar perbaikan melalui angka GDP dan tingkat vaksinasi. Bersamaan dengan itu, para pemangku kepentingan akan melihat tren atau pola pertumbuhan yang baru, baik dari para investor maupun konsumen properti.
Residential dan Industri menjadi subsektor yang digadang memiliki ketahanan yang cukup baik, meski di tengah pandemi, hal ini ditandai dengan net profit dari beberapa pengembang besar yang justru mengalami peningkatan yang signifikan. Terutama pengembang yang memiliki arah pengembangan bisnis utama pada subsektor rumah tapak dan industri.
Subsektor retail memang diantara yang terdampak selama pandemi, namun mulai di kuartal ke-4 menunjukan geliat yang cukup positif, APPBI menyebutkan saat ini tingkat kunjungan mencapai 60%, memang dari jenis usahanya, subsektor ini memiliki sifat yang lebih cepat pulih dibandingkan yang lain, namun sangat tergantung dengan kebijakan pemerintah dalam penanganan pandemi. Perbaikan di tahun depan akan berjalan simultan dengan pemulihan kondisi ekonomi sebagai dampak pandemi.
Sementara itu, subsektor perkantoran dan apartemen masih mengalami tantangan yang cukup signifikan. Subsektor apartemen tidak mengalami pertumbuhan sebaik rumah tapak, namun untuk unit-unit yang memiliki nilai tambah lokasi aksesibel dengan harga yang terjangkau masih memiliki penjualan yang baik. Sedangkan sektor perkantoran mengalami tantangan dari perpanjangan model WFH yang berlaku saat ini.
Ke depan, dengan kemudahan/perpanjangan WFH, maka preferensi hunian konsumen akan mengarah pada hunian dengan akses internet yang baik, rumah yang dapat menjadi tempat belajar dan bekerja, ruang outdoor yang lebih banyak, luasan ruang indoor yang lebih luas, dan ketersediaan flexible living room. Sementara itu, untuk area hunian konsumen mengarah pada wilayah dengan kualitas udara yang baik, kedekatan dengan ruang hijau, akses ke pusat kesehatan, pemandangan alam, dekat dengan pusat perbelanjaan dan sarana perkotaan.
Pertumbuhan harga hunian di Jakarta saat ini berada pada kisaran 4,4%, secara umum lebih baik dari beberapa metropolitan di Asia Pasifik, seperti Penang, Bengaluru, Osaka, Thailand, Kuala Lumpur, Mumbai, dan Manila. Kondisi diperkirakan akan stabil dengan perkiraan pertumbuhan harga pada kisaran 0-2% di tahun depan.
Sementara itu, sewa ruang perkantoran di Jakarta diperkirakan akan terus mengalami tantangan di tahun depan, meski pola hybrid telah mulai diberlakukan. Berbeda halnya dengan subsektor industri, logistik diperkirakan akan terus meningkat di tahun depan untuk kondisi Jakarta dan sekitarnya, yang diantaranya didorong dari pertumbuhan data center dan ecommerce.
Penulis : Syarifah Syaukat
Sumber:
www.knightfrank.com
www.kumparan.com