Maros, Antara Potensi Industri dan Posisi Hub Perdagangan | KF Map – Digital Map for Property and Infrastructure in Indonesia
Maros, Antara Potensi Industri dan Posisi Hub Perdagangan
Wednesday, 19 August 2020

Maros merupakan salah satu kabupaten di Timur Indonesia, yang menyatu dengan metropolitan Makasar (Mamminasata), melekat dengan wilayah sekitar yaitu Sungguminasa, Gowa dan Takalar. Saat ini, perekonomian Maros diwarnai dengan ragam kegiatan industry, tahun lalu sempat terdengar rencana perluasan pengembangan dari Kawasan Industri Makasar (KIMA) ke wilayah Maros, hal ini karena lahan industri di KIMA telah hampir seluruhnya habis terpakai, sementara permintaan produk industri dari wilayah ini terus meningkat, dengan demikian perluasan KIMA II ke wilayah Maros menjadi salah satu agenda dari Kementerian Perindustrian saat ini.

Menurut data BPS (2020) didapatkan informasi bahwa, hingga saat ini tercatat terdapat 3 sektor industri dengan PDB terbesar di Kabupaten Maros, yaitu industri pengangkutan dan penyimpanan; manufaktur; dan agrikultur, kehutanan dan perikanan. Perikanan memang menjadi salah satu sumberdaya alam potensial dari wilayah Kabupaten Maros, dengan topografi pesisir, dan secara oceanografi layak dikembangkan untuk budidaya perikanan, tentu saja menjadikan wilayah ini sebagai kantong penghasil sumberdaya perikanan yang potensial.

Salah satu produk unggulan dari Kabupaten Maros adalah produk makanan, dan berbagai makanan olahan hasil perairan, seperti Bandeng Duri Cabut, Sarden, Agar-Agar, dsb. Hasil produk unggulan wilayah ini juga terhubung dengan keberadaan industri lokal di wilayah tersebut, termasuk juga keberadaan sektor UKM yang menjadi support system dari geliat industri di wilayah tersebut.

Kabupaten Maros memiliki lokasi berhadapan dengan Selat Makasar, yang saat ini berada wilayah ALKI II (Selat Makasar – Laur Flores – Selat Lombok) menjadikan posisinya strategis dengan konektivitas yang tinggi. Selat Makasar saat ini merupakan spot potensial menjadi menjadi poros maritim dan difungsikan sebagai hub internasional, hub wilayah, hub lokal, hingga minapolitan. Dengan panjang pantai 300-500 meter dan kedalaman laut yang relatif dangkal menjadikan kapal besar pengangkut logistik (mother vessel) dapat melewati wilayah perairan ini dengan baik, diantaranya pergerakan internasional dari Utara – Selatan, misal dari Jepang ke Australia dan sebaliknya untuk tujuan perdagangan.

Memang seperti yang kita ketahui, bahwa 60% perdagangan dunia melalui perairan Indonesia, yaitu diantaranya melalui beberapa wilayah perairan yang utama yaitu, Selat Malaka, Selat Sunda, Selat Lombok, dan Selat Makasar. Keunggulan komparatif Maros yang berada berhadapan dengan Selat Makasar menjadikan wilayah ini strategis dan cemerlang berfungsi sebagaiu hub perdagangan, kedepan pengembangan kawasan industri di wilayah inipun memiliki prospek potensial, tidak hanya sebagai hub domestik dalam menampung produk dari Timur Indonesia. Namun sebagai wilayah persinggahan, fungsinya sebagai melting pot dapat dimanfaatkan sebagai wilayah transfer barang, teknologi dan ilmu pengetahuan untuk mendukung perkembangan industri.

Penulis : Syarifah Syaukat

Sumber :

http://www.jurnalbisnis.com/

https://celebesmedia.id/

http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/

http://www.politik.lipi.go.id/

https://maritimenews.id/

https://www.kompasiana.com/

https://bisnis.tempo.co/

https://money.kompas.com/

Share:
Back to Blogs