Kota dan Dinamikanya | KF Map – Digital Map for Property and Infrastructure in Indonesia
Kota dan Dinamikanya
Date: Thursday, 1 September 2022

Menurut konsep perkembangan kota tradisional oleh Reiza Dienaputra pada bukunya yang bertajuk “Studi tentang Perkembangan Ekonomi Kota”,  awal mulanya kota terbentuk secara bertahap dimulai ketika masyarakat dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri.

Dikenal pula adanya teori kolonial F. de Haan, yang menyebutkan bahwa perkembangan kawasan perkotaan dimulai dari ekspansi daerah di sekitar pelabuhan. Seiring waktu, menurut Haan, komunitas dalam kota akan berkembang dan memiliki pemerintahannya sendiri. Untuk mempertahankan wilayah, dibangunlah tembok mengelilingi area koloni sehingga wilayah dalam tembok tersebut disebut sebagai “kota” yang dasarnya memiliki arti yang sama dengan “benteng” atau citadel.

Sehingga dapat dibilang, bahwa kota merupakan suatu ruang (place) yang mengakomodasi kebutuhan penduduknya (people). Yang menghasilkan karakteristik kota yang berorientasi kepada people, dibanding bangunan.

Saat ini kita mengenal Livable City sebagai salah satu acuan menilai suatu kota. Livable city sendiri memiliki beberapa indikator seperti ketersediaan kebutuhan dasar (perumahan yang layak, air bersih, jaringan listrik, sanitasi, ketercukupan pangan, dan lainnya), ketersediaan fasilitas umum dan fasilitas sosial (transportasi umum, taman, fasilitas kesehatan, dan lainnya), dan lain-lain.

Pada tahun 2018, melalui riset yang dilakukan oleh Ikatan Ahli Perencana, ditemukan bahwa rerata livability index kota-kota di Indonesia adalah sekitar 54,26. Kota dengan livability index tertinggi adalah pada Kota Yogyakarta dan Kota Denpasar.

Menurut riset yang dilakukan oleh salah satu universitas di Indonesia, selain pemenuhan terhadap kebutuhan dasar penduduk, Kota Yogyakarta dan Kota Denpasar mampu memiliki nilai livability index yang tinggi karena kemampuannya dalam melakukan proses preservasi terhadap bangunan-bangunan historis dan sistem budaya sosial di dalam kotanya.

Mengingat salah satu jenis tourism yang ditawarkan, baik oleh Kota Jogja dan Denpasar adalah cultural tourism, sehingga tidak heran jika indikator tersebut mampu menciptakan kota yang livable.

Dari sini, bisa dilihat bahwa perkembangan kota sangat dinamis dari setiap masa. Perkembangan dinamis ini tentunya muncul sebagai bentuk adaptasi kota terhadap potensi dan tantangan saat ini yang digerakkan oleh manusia sebagai unsur dominan yang membentuk kota.

 

Penulis: Nigel E Tiopan

Sumber:

www.iapindonesia.org

https://ejournal2.undip.ac.id

 

Artikel Terkait:

Fenomena Urban Hear Island di Kawasan Perkotaan

Share:
Back to Blogs