Kilasan Ekonomi di Kuartal Kedua 2020 | KF Map – Digital Map for Property and Infrastructure in Indonesia
Kilasan Ekonomi di Kuartal Kedua 2020
Date: Friday, 17 July 2020

Pemerintah memprediksi ekonomi nasional tumbuh minus 4,3 persen pada kuartal II 2020 ini. Capaian pertumbuhan ekonomi kuartal II ini cerminan dampak pandemi yang sangat memukul perekonomian nasional. Sementara pada kuartal I lalu, ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh di angka 2,97 persen.

Berhentinya aktivitas ekonomi yang menyerap tenaga kerja terutama sektor informal selama masa pandemi saat ini menyebabkan kinerja ekonomi menurun tajam. Kegiatan konsumsi maupun ekspor-impor yang terganggu, investasi yang terhambat, serta perlambatan pertumbuhan di berbagai sektor merupakan faktor-faktor yang menyebabkan turunnya kinerja ekonomi. Selain itu, sektor keuangan ikut bergejolak karena dampak penurunan kinerja sektor riil.

Anjloknya pertumbuhan ekonomi dikarenakan pertumbuhan konsumsi dan investasi yang lemah di kuartal II/2020. Disamping itu, aktivitas produksi dan konsumsi yang melambat juga terpengaruh oleh penerapan PSBB dan New Normal.

Sebagai upaya untuk menangani dampak sosial, ekonomi, serta keuangan dari pandemi, pemerintah menjalankan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Dari APBN 2020 biaya yang dialokasikan untuk penanganan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) totalnya adalah sebesar Rp 695,2 Triliun (25,38%).

Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian aktif melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah untuk bersama-sama memantau aktivitas sektor industri di tengah kondisi pandemi. Hal ini, selain guna menjaga roda ekonomi tetap berjalan, juga memastikan perusahaan patuh terhadap protokol kesehatan.

Sektor industri manufaktur siap memasuki era new normal untuk kembali memulihkan perekonomian nasional. Apalagi kita ketahui, industri manufaktur merupakan sektor yang menjadi salah satu penggerak utama bagi pertumbuhan ekonomi.

Kemenperin mencatat, sektor industri masih menjadi penyumbang paling besar terhadap struktur produk domestik bruto (PDB) nasional hingga 19,98% pada triwulan I tahun 2020. Aktivitas industri memberikan multiplier effect yang luas bagi perekonomian, antara lain melalui peningkatan pada nilai tambah bahan baku, penerimaan devisa dari ekspor dan penyerapan tenaga kerja.

Bahkan, sepanjang Januari-Maret 2020, total penanaman modal sektor manufaktur menyentuh angka Rp64 triliun atau naik 44,7 persen dibanding capaian pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp44,2 triliun. Nilai investasi industri manufaktur di kuartal I-2020 tersebut memberikan kontribusi signifikan hingga 30,4 persen dari total investasi keseluruhan sektor yang menembus Rp210,7 triliun.

Oleh karena itu, guna mencegah penyebaran virus, perusahaan industri yang mendapat izin beroperasi diwajibkan untuk menerapkan protokol kesehatan bagi seluruh karyawannya yang bekerja, seperti menjaga jarak, menggunakan masker, serta berperilaku hidup bersih dan sehat. Hal ini sesuai dengan aturan yang tertuang pada Surat Edaran Menteri Perindustrian Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Operasional Pabrik dalam Masa Kedaruratan Kesehatan Masyarakat.

Di tengah pandemi seperti ini permintaan kawasan industri dinilai bisa lebih cemerlang dibandingkan dengan properti lainnya. Pasalnya, saat ini dikarenakan orang masih cenderung tetap di rumah, maka belanja secara daring masih menjadi pilihan, perusahaan penyedia barang konsumsi akan memerlukan ruang pergudangan lebih besar untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Selain itu, menurut Menperin, Indonesia perlu menangkap peluang investasi dari berbagai negara potensial, terutama mereka yang ingin merelokasi pabriknya seperti beberapa perusahaan Amerika Serikat dan Jepang.

Sektor properti diharapkan mulai pulih pada semester II/2020 seiring dengan adanya katalis positif seperti pelonggaran pembatasan sosial dan fase kenormalan baru atau new normal sehingga lambat laun pasar properti akan terus bergerak. Pemulihan pada semester kedua tahun ini juga diharapkan lantaran rata-rata akselerasi bisnis properti terjadi pada pertengahan menuju akhir tahun.

Harapan itu juga muncul karena baru saja Bank Indonesia kembali memangkas suku bunga hingga 4 persen. Pemangkasan itu diharapkan menjadi katalis positif bagi sektor properti dan direspons cepat oleh perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit di setiap segmen.

Berbagai insentif ataupun relaksasi yang telah diterbitkan perlu didorong implementasinya di lapangan. Skenario periode pemulihan perlu ditargetkan lebih efisien agar tepat dan mampu menjawab momentum kebutuhan perbaikan.

Penulis : Miranti Paramita

Sumber:
https://asiatoday.id/

https://pressrelease.kontan.co.id/

https://nasional.kontan.co.id/

 

Share:
Back to Blogs