Jepang Terancam di Tahun 2720 : Tantangan Demografi dan Dampak Pada Sektor Properti | KF Map – Digital Map for Property and Infrastructure in Indonesia
Jepang Terancam di Tahun 2720 : Tantangan Demografi dan Dampak Pada Sektor Properti
Friday, 17 January 2025

Jepang saat ini menghadapi ancaman serius terkait keberlanjutan populasinya akibat penurunan jumlah penduduk yang signifikan. Fenomena ini telah menjadi sorotan global, dengan proyeksi bahwa jika tren saat ini berlanjut, Jepang berpotensi mengalami kepunahan populasi pada tahun 2720.

Menurut riset yang dilakukan oleh salah satu professor di Pusat Penelitian Ekonomi dan Masyarakat Lansia, Universitas Tohoku, Jepang diperkirakan hanya akan memiliki satu anak berusia 14 tahun ke bawah pada tahun 2720 jika angka kelahiran terus menurun.

Data ini didukung oleh laporan terbaru Kementerian Kesehatan Jepang yang menunjukkan bahwa antara Januari hingga Juni 2024, hanya terjadi 350.074 kelahiran yang artinya turun hampir 6% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Fenomena ini disebabkan oleh beberapa faktor utama. Tingkat fertilitas di Jepang hanya mencapai 1,3 anak per wanita pada tahun 2023, jauh di bawah tingkat penggantian populasi sebesar 2,1 anak per wanita. Selain itu, lebih dari 29% penduduk Jepang berusia di atas 65 tahun, sementara generasi muda cenderung menetap di kota-kota besar seperti Tokyo, Osaka, dan Nagoya, meninggalkan daerah pedesaan yang semakin terpencil.

Penurunan populasi ini memberikan dampak langsung pada sektor properti, terutama di kawasan pedesaan dan kota-kota kecil. Salah satu dampak yang signifikan adalah meningkatnya jumlah rumah kosong di Jepang, yang saat ini mencapai sekitar 9 juta unit (akiya).

Penurunan permintaan properti, terutama di daerah terpencil, menyebabkan depresiasi harga yang drastis. Beberapa rumah bahkan ditawarkan dengan harga sangat rendah, atau bahkan gratis, untuk menarik pembeli. Meskipun demikian, banyak properti tetap terbengkalai karena tingginya biaya renovasi dan kurangnya minat untuk tinggal di daerah yang jauh dari pusat ekonomi.

Sebagai respons terhadap kondisi ini, perusahaan properti lebih memilih untuk berinvestasi di kawasan perkotaan besar seperti Tokyo, Osaka, dan Nagoya, di mana permintaan pasar properti relatif stabil. Namun, keputusan ini menciptakan ketimpangan pembangunan antara kota-kota besar dan daerah pedesaan, yang semakin terpuruk akibat minimnya investasi.

Selain itu, pemerintah lokal menghadapi tantangan besar dalam pemeliharaan properti kosong ini. Banyak bangunan yang dibiarkan tidak terawat, sehingga menurunkan estetika lingkungan dan bahkan berpotensi menjadi masalah keamanan.

Krisis demografi yang dihadapi Jepang adalah tantangan besar yang memengaruhi berbagai sektor, termasuk sektor properti. Depopulasi ini tidak hanya berdampak pada pasar properti di daerah pedesaan, tetapi juga mencerminkan ketidakseimbangan pembangunan nasional. Sementara sektor properti di kota-kota besar tetap stabil, daerah pedesaan menghadapi tekanan berat akibat rendahnya permintaan.

 

Penulis : Alivia Putri Winata

Sumber :

https://kfmap.asia/blog/fenomena-rumah-kosong-di-jepang-dijual-mulai-rp-15-ribu/3681?utm_source=chatgpt.com

https://id.tradingeconomics.com/

https://www.kompas.com/

https://www.sinarharapan.co/

Share:
Back to Blogs