Guncangan Supply Chain Dunia dan Dampaknya di Sektor Properti Indonesia

Friday, 30 May 2025

Perdagangan internasional dalam beberapa tahun terakhir sedang menghadapi perubahan besar, diantaranya kebijakan Amerika Serikat yang menaikkan tarif pajak impor untuk barang-barang dari negara lain. Kebijakan ini tentunya berdampak langsung bagi negara-negara yang memiliki ketergantungan tinggi terhadap ekspor ke AS.

Dilansir dari publikasi Knight Frank Asia-Pasific “Whiplash to Resilence: Corporate Real Estate in the New World Order”, dijelaskan bahwa negara-negara yang sangat bergantung pada perdagangan global dan ekspornya menyumbang lebih dari 50% dari PDB (Produk Domestik Bruto), seperti Hong Kong SAR, Singapura, dan Malaysia sedang menghadapi tekanan besar akibat perlambatan ekonomi global.

Efek dari kondisi ini tidak hanya sebatas penurunan permintaan, tetapi juga meliputi gangguan distribusi logistik, hambatan jasa perdagangan, hingga tekanan finansial dari kebijakan balasan tarif. Namun, yang kerap luput dari perhatian adalah efek lanjutan atau aftershocks yang mempengaruhi negara-negara lain, termasuk Indonesia melalui jaringan rantai pasok global yang saling terhubung.

Indonesia hanya memiliki ketergantungan ekspor ke AS sekitar 10%, tidak setinggi negara-negara lainnya di Asia. Meskipun demikian, tetap Indonesia menghadapi kerentanan struktural dan berada dalam pusaran ketidakpastian global saat ini.

Jika melihat kondisi ekonomi saat ini, apakah ada pengaruhnya terhadap sektor properti di Indonesia?

Pertanyaan tersebut dapat dijawab melalui kondisi supply chain, yakni jika terganggu maka dapat berdampak langsung terhadap sektor properti, khususnya pada subsektor kawasan industri, pergudangan, dan properti komersial. Contohnya, gangguan dalam distribusi material bangunan, peralatan konstruksi, dan produk impor yang dapat memperlambat penyelesaian proyek serta menekan cash flow pihak pengembang.

Selain itu, hambatan ini juga akan mempengaruhi minat investor dalam berinvestasi di lokasi-lokasi yang dirasa belum siap menghadapi krisis, termasuk krisis ekonomi.

Dampak ini dapat diatasi dengan menangkap peluang besar yang dimiliki oleh Indonesia, seperti banyak perusahaan global yang ingin memindahkan pabrik atau gudangnya dari negara-negara lain, seperti China atau Vietnam ke Indonesia karena dianggap menjadi alternatif tujuan investasi yang prospektif.

Meskipun memiliki peluang, kawasan industri di Indonesia harus dapat memiliki strategi yang tepat, seperti tidak hanya menawarkan harga lahan yang kompetitif, tetapi juga menyediakan infrastruktur logistik yang lancar, sistem distribusi yang efisien, serta kawasan industri yang mendukung kelancaran ekspor ke berbagai negara lain.

Sektor properti Indonesia masih memiliki peluang di tengah guncangan rantai pasok dunia akibat kebijakan perdagangan AS. Namun, hal ini dapat terwujud jika Indonesia mampu terus konsisten membangun infrastruktur didukung kebijakan yang kondusif, sehingga investor akan lebih percaya untuk memperluas usahanya di Indonesia.

 

Penulis: Ratih Putri Salsabila

Sumber:

https://kfmap.asia/research/asia-pacific-horizon-whiplash-to-resilience/4039

https://kfmap.asia/blog/dampak-pelemahan-rupiah-di-sektor-properti-indonesia-pada-mei-2025/4009

https://kfmap.asia/blog/performa-kawasan-industri-di-berbagai-wilayah-indonesia-sepanjang-tahun-2024/4012

https://kabar24.bisnis.com/

https://swa.co.id/

Share:
Back to Blogs