Wacana pembelian rumah, dalam realisasinya perlu diikuti dengan persiapan uang muka (DP), membayar cicilan KPR, biaya notaris, pajak, dan perawatan. Bagi Gen Z, terutama yang baru memulai karir dengan gaji terbatas, beban ini terasa sangat berat. Rumah sewa dirasa lebih masuk akal karena hanya membutuhkan dana untuk uang muka (tanda jadi) dan biaya sewa bulanan tanpa tambahan biaya tersembunyi, seperti biaya administrasi pertanahan.
Generasi muda masa kini sangat menghargai pengalaman dan kebebasan. Menyewa rumah memberikan mereka fleksibilitas untuk pindah lokasi dengan mudah, entah karena pindah kerja, mencari lingkungan yang lebih baik, atau sekadar ingin mencoba suasana baru. Mereka tidak ingin "terkunci" pada satu lokasi oleh ikatan KPR yang bisa berjangka 15-20 tahun.
Sebagai penyewa, segala kerusakan dan perbaikan besar pada rumah menjadi tanggung jawab pemilik. Hal ini memberikan ketenangan pikiran dan menghemat pengeluaran tak terduga, yang sangat sesuai dengan gaya hidup generasi muda yang dinamis. Kesenjangan antara harga properti dan daya beli generasi muda semakin lebar. Alih-alih memaksakan diri untuk membeli rumah di lokasi yang tidak ideal, mereka memilih menyewa di lokasi yang strategis dan sesuai dengan kebutuhan dan keterjangkauan mereka saat ini.
Meski tren sewa semakin populer, impian untuk memiliki rumah sendiri sebenarnya tidak pernah benar-benar hilang. Sebagian besar Milenial dan Gen Z masih menganggap kepemilikan rumah sebagai tujuan jangka panjang dan bagian dari perencanaan hidup yang matang. Dilemanya terletak pada jurang antara keinginan (want) dan kebutuhan (need). Mereka ingin memiliki rumah, tetapi secara finansial dan gaya hidup, mereka butuh fleksibilitas yang ditawarkan oleh hunian sewa. Ini menciptakan fase transisi dimana "menyewa" menjadi strategi jangka menengah sebelum akhirnya mereka mampu "membeli".
Fenomena ini bukanlah ancaman, melainkan sinyal pasar dan peluang bisnis yang sangat besar. Berikut adalah beberapa hal yang bisa ditangkap oleh pemilik properti:
Pergeseran dari "kepemilikan" ke "penyewaan" rumah di kalangan generasi muda adalah respons logis terhadap tantangan ekonomi dan perubahan nilai hidup. Ini adalah pilihan rasional yang memprioritaskan fleksibilitas dan kesehatan finansial.
Bagi generasi muda, ini tentang membuat keputusan finansial yang cerdas untuk masa kini. Bagi pelaku di industri properti, ini adalah saat yang tepat untuk berinovasi dan menangkap gelombang baru permintaan pasar. Tren sewa bukanlah akhir dari impian memiliki rumah, tetapi mungkin saja menjadi babak baru dalam cerita properti Indonesia.
Penulis : Arief Fadhillah
Sumber :
https://www.bloombergtechnoz.com/
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/
https://medcom.id/
https://www.bloombergtechnoz.com/
https://www.cnbcindonesia.com/